Yo ca vassasataṁ jīve, dussīlo asamāhito. Ekāhaṁ jīvitaṁ seyyo, sīlavantassa jhāyino. Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi memiliki kelakuan buruk dan tak terkendali. Sesungguhnya lebih baik adalah kehidupan sehari dari orang yang memiliki sila dan tekun bersamadhi. (Dhammapada, Syair: 110)
Hidup damai dan bahagia menjadi harapan dan idaman semua orang. Kedamaian dan kebahagiaan akan tercipta dan terwujud, ketika setiap warga masyarakat dapat memahami dan mempraktikkan moralitas dan norma-norma etika dalam kehidupan sehari-hari. Moralitas dan etika menjadi landasan penting agar setiap orang dapat memiliki perilaku yang baik, bermartabat dan mulia.
Moralitas dan etika adalah kunci terwujudnya hidup damai dan bahagia di masyarakat. Tanpa adanya moralitas dan etika, kedamaian dan kebahagiaan hidup di masyarakat hanya menjadi angan-angan semata; akan sangat sulit terwujud.
Moralitas dan etika menjadi sebuah kewajiban yang harus dimiliki oleh semua orang dalam kehidupannya; termasuk saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Watak setiap orang dibentuk oleh tingkah laku mereka sehari-hari. Moralitas dan etika menjadi penentu derajat manusia; yang membedakan watak manusia satu dari yang lain.
Moralitas dan etika di dalam agama Buddha dikenal sebagai sīla (disiplin latihan kemoralan). Sīla bukan peraturan larangan, tetapi suatu ajaran moral yang mengajarkan umat Buddha agar bertanggungjawab penuh pada setiap perilakunya (pikiran, ucapan dan jasmani). Untuk itu setiap umat Buddha hendaknya bertindak dewasa dan bijaksana dalam perilakunya.
Bagi umat Buddha, khususnya perumah tangga; dasar pelaksanaan moralitas yang diwajibkan untuk dilatih adalah lima pelatihan sīla (Pañcasīla). Pañcasīla sebagai dasar moralitas umat Buddha menjadi landasan hidup umat Buddha agar memiliki moral yang baik.
Pañcasīla terdiri dari : Aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup (Pāṇātipātā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi), Aku bertekad melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan (Adinnādānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi), Aku bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila (Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi), Aku bertekad melatih diri menghindari ucapan bohong (Musāvādā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi), dan Aku bertekad melatih diri menghindari minuman memabukkan hasil penyulingan atau peragian yang menyebabkan lemahnya kesadaran (Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi).
Pañcasīla bertujuan untuk melatih kesadaran dan kewaspadaan kita terhadap segala hal yang dapat memperlemah pengendalian diri. Jika kita mempraktikkan Pañcasīla secara tekun dan konsisten, maka akan dapat meningkatkan pengendalian diri. Dengan memiliki pengendalian diri, maka kedamaian dan kebahagiaan dalam masyarakat akan terwujud serta menjadi titik awal kepada perkembangan spiritual menuju Kebahagiaan Tertinggi (Nibbana).
Sebab terdekat dari pelaksanaan Pañcasīla adalah rasa malu untuk melakukan tindakan tidak terpuji (hiri) dan rasa takut akan akibat tindakan tidak terpuji (ottappa).
Pañcasīla disebut pelindung dunia. Karena merupakan panduan dasar dari norma-norma perilaku baik dalam kehidupan, yang jika semua orang dapat mempraktikkannya, maka akan terwujud kehidupan yang damai dan bahagia.
Guru Agung Buddha menekankan pentingnya sīla, termasuk Pañcasīla dalam praktik keseharian umat Buddha : “Siapapun pria atau pun wanita, yang memiliki harta ini, tidak dapat dikatakan miskin, tidak menjalani hidupnya dengan sia-sia”, “Dapat melaksanakan dan menjaga sīla dengan baik adalah sesuatu yang sangat berharga”, dan “ Sīla harus selalu dijaga atau dilaksanakan dengan penuh hormat dan sungguh-sungguh”.
Dalam Vasala Sutta, Sutta Nipāta dikatakan jangan menilai manusia dari kelahiran atau fisiknya; tapi dari perbuatannya. Ini mempertegas pentingnya seseorang memiliki moralitas yang baik.
Guru Agung Buddha menyebutkan lima manfaat pelaksanaan Pañcasīla. Yaitu: mendapatkan kekayaan yang berlimpah melalui usaha yang giat dan tekun, reputasi baiknya tersebar luas, penuh percaya diri dalam pergaulan, meninggal dengan tenang, dan setelah meninggal dunia terlahir kembali di alam surga. (Māhaparinībbānā Suttā - Digha Nikaya 16)
Dalam Dhamma dikatakan pula bahwa seseorang yang ingin hidup bahagia, selayaknya untuk menjaga jasmani, ucapan, dan pikirannya sepanjang siang dan malam; maka kebahagiaan akan selalu menyertai mereka yang melakukannya.
Sungguh sulit untuk terlahir sebagai manusia, jangan sampai kita terjerumus kepada kenikmatan duniawi yang menyebabkan perilaku kita jauh dari moralitas dan etika. Marilah kita kuatkan tekad untuk selalu bersemangat mempraktikkan Pañcasīla dalam kehidupan terlahir sebagai manusia; karena terlahir sebagai manusia adalah yang terbaik dan termulia.
Semoga semua makhluk berbahagia
Editor: Tim Buddha Wacana Fotografer: Istimewa
70
Kelas VII SMP
A. Panca Dhamma
Pancadhamma adalah lima macam Dhamma yang bagus, yang merupakan bahan untuk mentaati pancasila yaitu:
1. Mettā-karunā: cintakasih dan welas asih terhadap semua makhluk
hidup. Dhamma pertama ini terkait dengan sila pertama Pancasila Buddhis. seseorang dapat melaksanakan metta-karuna dengan baik, maka ia akan
dapat melaksanakan sila pertama dari Pancasila Buddhis dengan baik.
2. Sammā-Âjiva: Pencaharian benar, merupakan mata pencahariann benar,
maksudnya adalah mencari penghidupan dengan cara yang baik, yaitu: a. Tidak mengakibatkan pembunuhan.
b.Wajar, baik, dan benar bukan hasil dari mencuri, merampok, atau mencopet.
c. Tidak berdasarkan penipuan. d.Tidak berdasarkan ilmu yang salah, seperti meramal, perdukunan, tukang
tenung dan lain-lain.
Kalau kita dapat melaksanakan dhamma kedua ini dengan baik, maka kita akan dapat melaksanakan sila yang kedua dari Pancasila Buddhis.
Dhamma kedua ini terkait dengan sila kedua dari Pancasila Buddhis. 1.
Kāmasavara: penahanan diri terhadap nafsu indria. Dhamma ketiga ini terkait dengan sila ketiga Pancasila Buddhis.
2. Sacca: kebenaran, benar dalam perbuatan, ucapan dan pikiran
Dhamma keempat ini terkait dengan sila keempat dari pancasila. 3.
Sati-sampajañña: kesadaran benar. Dhamma kelima ini terkait dengan sila kelima dari Pancasila Buddhis.
70
Kelas VII SMP
71
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
B. Penerapan Pancadhamma
Kalau seseorang dapat melaksanakan metta karuna dengan baik, maka ia akan dapat melaksanakan sila pertama dari Pancasila
Buddhis dengan baik. Apabila kita dapat melaksanakan dhamma kedua mata pencaharian benar atau penghidupan dengan cara yang
wajar dengan baik, kita akan dapat melaksanakan sila yang kedua dari Pancasila Buddhis.
Apabila kita merasa puas dengan apa yang dimiliki sekarang, maka kita dapat melaksanakan sila ketiga dari Pancasila Buddhis.
Kalau kita dapat menunjukkan kebenaran atau kejujuran dalam hal berbicara maka kita dapat melaksanakan sila keempat dari Pancasila
Buddhis. Apabila kita ingat dan waspada dan selalu ingat pada jenis- jenis makanan dan minuman yang dapat menimbulkan lemahnya
kewaspadaan maka kita tidak akan terjerat oleh semua itu. Dengan selalu ingat dan kewaspadaan, kita tidak akan tergiur oleh lingkungan
atau bujukan teman-teman kita untuk mengkonsumsinya, maka kita akan dapat melaksanakan sila kelima dari pancasila Buddhis.
Dari uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa Pancadharma adalah pelaksanaan dari perbuatan yang baik dan untuk mengembangkan
perbuatan baik.
Ayo, Mengeksplorasi
Buatlah ringkasan bacaan di atas tentang Pancadhamma dengan 5 kalimat saja
Ayo, Menanya
Buatlah 5 pertanyaan berdasar teks di atas. Bacakanlah pertanyaan- pertanyaan yang kamu buat itu di depan kelas untuk mendapatkan
respon dari teman-temanmu
71
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
72
Kelas VII SMP
Ayo Mengasosiasi
Diskusikanlah tentang Pancadhamma
Ayo Mengomunikasikan
Uraikan hasil diskusimu di depan kelas untuk mendapat masukan dari teman-temanmu
RANGKUMAN
Secara garis besar BAB VI berisi tentang: 1. Pancadhamma yang merupakan 5 macam Dhamma yang bagus,
yang merupakan bahan untuk mentaati Pancasila. 2. Penerapan Pancadhamma mencakup semua perilaku dan sifat-sifat
baik yang termasuk dalam ajaran moral dan etika agama Buddha.
EVALUASI
I. Berilah tanda silang x pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang paling tepat
1. Pancadhamma disebut sebagai sila yang …. a. Aktif
b. Pasif c. Menengah
d. kecil
2. Metta – karuna berkaitan dengan sila ke …. Pancasila a. Satu
b. Dua c. Tiga
d. empat
3. Pencaharian benar disebut juga …. a.
Metta- karuna b. Santhuti
72
Kelas VII SMP
73
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti c.
Samma ajiva d. sacca
4. Penahanan diriterhadap nafsu keinginan disebut juga …. a.
Metta – karuna b. Santhuti
c. Sacca d. kamasavara
5. Benar dan perbuatan, ucapan dan pikiran disebut …. a.
Metta – karuna b. Santhuti
c. Sacca d. kamasavara
II. Isilah Titik – titik di bawah ini 1. Memiliki kesadaran yang baik berarti telah melaksanakan pancasila
sila ke …. 2. Cinta – kasih dan welas asih disebut juga ….
3. Menyayangi semua makhluk berarti telah melaksanaka pancadhamma sila ke ….
4. Puas dengan apa yang dimiliki disebut juga …. 5. Sati sampajanna artinya …..
III. Jawablah pertanyaan di bawah ini
1. Apakah yang dimaksud dengan pancadhamma ? 2. Tuliskan yang termasuk pancadhamma
3. Berikan contoh penerapan metta – karuna dalam kehidupan sehari–
hari 4. Jelaskan hubungan pancasila dan pancadhamma
5. Berikan 4 contoh mata pencaharian yang benar
73
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
74
Kelas VII SMP Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Penilaian Kompetensi Keterampilan
Buatlah laporan pengalaman kalian tentang pelaksanaan Pancadharma yang pernah mereka lakukan
Penilaian Kompetensi Keterampilan
Lakukan pelepasan hewan sebagai bukti bahwa kita memiliki sifat cinta kasih
Ayo Renungkan
Setiap makhluk mau disakiti dan mendambakan kasih sayang, tidak mau diambil kepemilikannya namun suka
memberikan secara ikhlas, tidak mau dihujani dengan kata- kata kasar namun disampaikan dengan baik dan lemah
lembut, tidak ingin dibohongi namun mendengar kata-kata yang jujur dan semestinya
74
Kelas VII SMP
75
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Ayo, duduk hening.
Pejamkan mata, sadari napas masuk dan keluar. Tarik napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Tahu.”
Hembuskan napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Tahu.” Tarik napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Tenang.”
Hembuskan napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Bahagia.”
Ayo Mengamati Amatilah gambar : 1.28 dan 1.29
Bagaimana pendapat kalian?
A. Remaja Masa Kini
Video yang berhubungan