Foto: Rachmadin Ismail/detikcom
Makkah - Semua yang datang ke Masjidil Haram punya keinginan mencium hajar aswad. Sebuah ritual yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW dan diyakini sebagai salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Namun, apa sebenarnya makna dari mencium hajar aswad? Sejauh pantauan detikcom sejak 9 Agustus 2016, hajar aswad selalu menjadi tempat paling padat di sudut kakbah. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit, tak pernah sepi dari jemaah. Sebelum dan selesai tawaf, mereka berdesak-desakan, bahkan tak jarang sampai dorong-dorongan demi mencium batu yang diyakini dari surga tersebut.Ada yang menggunakan strategi khusus agar bisa mencium hajar aswad. Beberapa jemaah menyusuri sisi kakbah dari rukun Yamani, lalu sedikit demi sedikit meringsek masuk ke depan hajar aswad. Sebagian jemaah lainnya datang dari arah depan, berbaris, berdesakan, sampai ke mulut hajar aswad. Kondisi ini semakin tak beraturan karena ada jemaah juga yang sedang melakukan tawaf. Jemaah yang mengantre hajar aswad menghentikan arus jemaah yang tawaf. Sebagai objek paling dicari saat di Masjidil Haram, tak heran banyak jemaah yang rela bersikut-sikutan, bahkan sampai menyakiti orang lain untuk mencapai tujuannya. Di beberapa kasus, ada juga yang memanfaatkan keinginan jemaah dengan menjadi 'calo' hajar aswad. Mereka menawarkan kekuatan untuk memberi jalan pada siapa pun yang berani membayar mahal untuk mencapai hajar aswad. Namun aksi para calo ini tentu saja terlarang kerap jadi incaran para petugas keamanan.Untuk lebih memahami makna hajar aswad, detikcom mewawancarai Koordinator Konsultan Pembimbing Ibadah Daker Makkah Profesor Aswadi. Guru besar UIN Sunan Ampel itu bercerita, soal makna terdalam dari mencium hajar aswad.Dijelaskan oleh Aswadi, hajar aswad dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga menjadi ibadah sunah. Namun ibadah tersebut bisa menjadi negatif bila dilakukan dengan cara-cara tidak benar, seperti menganiaya orang lain, apalagi sampai menyakiti orang lain. Aswadi menyarankan, tidak perlu memaksakan diri untuk mencium hajar aswad, toh sudah diberi ketentuan cukup dengan takbir dan terus berjalan."Dulu Makkah atau kakbah itu dikenal juga dengan nama bakkah. Artinya menangis atau curhat atas beban hidup yang berat. Sehingga setelah dari situ, menjadi tenang. Itu awal fungsinya," kata Aswadi.
"Karena perintah Allah itu butuh ketulusan, bukan kebanggaan. Jangan melakukan kebaikan kalau tidak menghasilkan manfaat," pesannya. (mad/imk)
Assalamu’alaikum wr wb. Ustaz, mencium Hajar Aswad menjadi impian setiap jamaah haji. Apa makna dan keutamaan mencium Hajar Aswad? Adakah caranya agar kita bisa mencium Hajar Aswad? Lalu, bagaimana jika jamaah tak bisa mencium Hajar Aswad ? Hamba Allah Wa’alaikumussalam wr wb. Mencium Hajar Aswad memang sering jadi dambaan jamaah meskipun kadang tidak disandarkan pada pemahaman yang benar. Rasulullah SAW mencium Hajar Aswad adalah benar , tetapi kita sering mencium Hajar Aswad dengan cara yang tidak benar.
Foto:PRASETYO UTOMO/ANTARA Sejumlah umat muslim berebut untuk mencium hajar aswad di Masjidil Haram , Mekkah, Arab Saudi "Rasulullah SAW mendatangi Hajar Aswad dan menciumnya, kemudian ia meletakkan kedua pipinya (di atas batu) sambil menangis. Kemudian beliau berkata, ‘Di sinilah ditumpahkan banyak air mata." (HR Hakim). Hukum mencium Hajar Aswad dapat sunah, mubah, atau haram. Sunah jika dilakukan saat memulai atau ketika tiba di sudut Hajar Aswad pada saat pelaksanaan thawaf. Mubah jika kita datang tiba-tiba ingin mencium Hajar Aswad (di luar thawaf). Haram jika untuk mencium Hajar Aswad kita harus menganiaya orang lain. Berdesakkan dan sikut sana sikut sini. Mengingat beratnya medan mencium batu hitam ini, Rasulullah SAW memberi alternatif lain saat berthawaf sebagaimana sabdanya, "Hai Umar, engkau adalah orang yang kuat, janganlah engkau berdesak-desakkan untuk mendekati Hajar Aswad, lalu engkau menyakiti yang lemah. Jika kamu memperoleh kesempatan maka ciumlah Hajar Aswad, jika tidak, cukup dengan takbir dan terus berjalan." (HR Asyafie). Mengenai pertanyaan cara mencium Hajar Aswad, tampaknya tidak ada resep yang baku. Sifatnya sangat kondisional. Bisa dengan cara ikut antre dari sisi dinding Ka’bah walau cara ini berisiko untuk jatuh. Bisa pula langsung masuk ke area berkumpulnya orang yang hendak mencium, mencari celah masuk dari orang yang baru keluar. Atau, dari arah kanan di bawah askar berdiri, kadang ada bantuan askar pula, terutama bagi wanita. Teman membantu juga bisa dijadikan upaya, melindungi dan membuka jalan bagi masuknya kita untuk dapat mencium. Pola bantuan seperti ini yang kerap dimanfaatkan oleh para "calo Hajar Aswad". Ini harus hati-hati. Jika memang jamaah tidak bisa mencium batu hitam itu, tentu tidak mengapa karena sebagaimana disebutkan di atas hukum maksimalnya hanya sunah saja. Itu pun Nabi beri jalan jika tak mampu dapat diganti beristilam dengan isyarat dan bertakbir. Apalagi yang tidak berkaitan dengan thawaf tentu, tidak boleh memaksakan diri sebab dapat jatuh ke lembah haram. Sebaiknya, jamaah mengingat saja pada peristiwa dan dalil ini, "Dari Abis bin Robi’ah, ia berkata ‘Aku pernah melihat Umar (bin Khattab) mencium Hajar Aswad. Lantas Umar berkata ‘Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu maka tentu aku tidak akan menciummu." (HR Bukhori dan Muslim). Dengan demikian, kita dapat menempatkan mencium Hajar Aswad itu lebih proporsional dengan mempertimbangkan antara semangat tinggi dan kemampuan yang ada serta status hukum yang melekat pada perbuatan ini. Hitam dan putihnya akibat dari mencium Hajar Aswad sangat digantungkan pada jiwa dan hati jamaah haji itu sendiri. Itu tergantung niat yang ditanamkan. "Dari ibnu Abbas Ra , ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Hajar Aswad turun dari surge, padahal batu tersebut begitu putih, lebih putih daripada susu. Dosa manusi lah yang membuat batu tersebut menjadi hitam." (HR Tirmidzi No 877 menurut Syekh Nashiruddin Al Bani hadits ini shahih). Semoga batu hitam yang dicium oleh jamaah haji mampu membuat hati jamaah menjadi lebih putih. Sebaliknya, sungguh celaka jika gara-gara mencium Hajar Aswad justru hati putih jamaah menjadi hitam karena salah memaknai. Naudzubillah.
Diasuh oleh: Ustaz HM Rizal Fadillah Assalamualaikum wr wb. Ustaz, mencium Hajar Aswad menjadi impian setiap jamaah haji. Apa makna dan keutamaan mencium Hajar Aswad? Adakah caranya agar kita bisa mencium Hajar Aswad? Lalu, bagaimana jika jamaah tak bisa mencium Hajar Aswad ? Waalaikumussalam wr wb. Mencium Hajar Aswad memang sering jadi dambaan jamaah meskipun kadang tidak disandarkan pada pemahaman yang benar. Rasulullah SAW mencium Hajar Aswad adalah benar , tetapi kita sering mencium Hajar Aswad dengan cara yang tidak benar. “Rasulullah SAW mendatangi Hajar Aswad dan menciumnya, kemudian ia meletakkan kedua pipinya (di atas batu) sambil menangis. Kemudian beliau berkata, ‘Di sinilah ditumpahkan banyak air mata.” (HR Hakim). Hukum mencium Hajar Aswad dapat sunah, mubah, atau haram. Sunah jika dilakukan saat memulai atau ketika tiba di sudut Hajar Aswad pada saat pelaksanaan thawaf. Mubah jika kita datang tiba-tiba ingin mencium Hajar Aswad (di luar thawaf). Haram jika untuk mencium Hajar Aswad kita harus menganiaya orang lain. Berdesakkan dan sikut sana sikut sini. Mengingat beratnya medan mencium batu hitam ini, Rasulullah SAW memberi alternatif lain saat berthawaf sebagaimana sabdanya, “Hai Umar, engkau adalah orang yang kuat, janganlah engkau berdesak-desakkan untuk mendekati Hajar Aswad, lalu engkau menyakiti yang lemah. Jika kamu memperoleh kesempatan maka ciumlah Hajar Aswad, jika tidak, cukup dengan takbir dan terus berjalan.” (HR Asyafie). Mengenai pertanyaan cara mencium Hajar Aswad, tampaknya tidak ada resep yang baku. Sifatnya sangat kondisional. Bisa dengan cara ikut antre dari sisi dinding Ka’bah walau cara ini berisiko untuk jatuh. Bisa pula langsung masuk ke area berkumpulnya orang yang hendak mencium, mencari celah masuk dari orang yang baru keluar. Atau, dari arah kanan di bawah askar berdiri, kadang ada bantuan askar pula, terutama bagi wanita. Teman membantu juga bisa dijadikan upaya, melindungi dan membuka jalan bagi masuknya kita untuk dapat mencium. Pola bantuan seperti ini yang kerap dimanfaatkan oleh para “calo Hajar Aswad”. Ini harus hati-hati. Jika memang jamaah tidak bisa mencium batu hitam itu, tentu tidak mengapa karena sebagaimana disebutkan di atas hukum maksimalnya hanya sunah saja. Itu pun Nabi beri jalan jika tak mampu dapat diganti beristilam dengan isyarat dan bertakbir. Apalagi yang tidak berkaitan dengan thawaf tentu, tidak boleh memaksakan diri sebab dapat jatuh ke lembah haram. Sebaiknya, jamaah mengingat saja pada peristiwa dan dalil ini, “Dari Abis bin Robi’ah, ia berkata ‘Aku pernah melihat Umar (bin Khattab) mencium Hajar Aswad. Lantas Umar berkata ‘Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu maka tentu aku tidak akan menciummu.” (HR Bukhari dan Muslim). Dengan demikian, kita dapat menempatkan mencium Hajar Aswad itu lebih proporsional dengan mempertimbangkan antara semangat tinggi dan kemampuan yang ada serta status hukum yang melekat pada perbuatan ini. Hitam dan putihnya akibat dari mencium Hajar Aswad sangat digantungkan pada jiwa dan hati jamaah haji itu sendiri. Itu tergantung niat yang ditanamkan. Rasulullah SAW bersabda, ‘Hajar Aswad turun dari surge, padahal batu tersebut begitu putih, lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.” (HR Tirmidzi No 877 menurut Syekh Nashiruddin Al Bani hadis ini shahih). Semoga batu hitam yang dicium oleh jamaah haji mampu membuat hati jamaah menjadi lebih putih. Sebaliknya, sungguh celaka jika gara-gara mencium Hajar Aswad justru hati putih jamaah menjadi hitam karena salah memaknai. Naudzubillah. |