Apa yang kamu ketahui tentang rapat raksasa di Lapangan Ikada?

Rapat Raksasa Lapangan Ikada terjadi pada 19 September 1945, saat Soekarno memberikan pidato singkat di hadapan ribuan rakyat di Lapangan Ikada dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan. Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada Jakarta pada tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada sekarang ini terletak di sebelah selatan Lapangan Monas.

Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Wikipedia

Suasana rekonstruksi rapat raksasa Ikada 1945 di lapangan Monas, Jakarta Pusat, Ahad sore, 16 September 2018. TEMPO/M Julnis Firmansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Sepekan setelah Bung Karno dan Bung Hatta membacakan teks proklamasi, pemerintah Indonesia belum berhasil mengukuhkan kekuasaannya di semua bidang. Para pemuda pun tergerak untuk mengadakan rapat umum memperingati sebulan kemerdekaan guna menegaskan status negara dan merekatkan secara emosional antara pemerintah dan rakyat Indonesia.

Di masa awal kemerdekaan, terdapat dua macam pemerintahan, yaitu pemerintahan bala tentara Dai Nippon dan pemerintahan Republik Indonesia. Aboe Bakar Loebis dalam Kilas Balik Revolusi (1992) menuliskan saat itu posisi menteri diisi oleh orang-orang bekas pegawai kolonial yang menjadi kepala jawatan di zaman Jepang.

Acara yang sedianya diadakan pada 17 September diundur dua hari dan dilakukan di lapangan Ikatan Atletik Djakarta atau IKADA. Peristiwa ini juga disebut sebagai rapat Ikada.

Penggagas rapat raksasa ini yaitu komite van aksi yang merupakan wadah bagi para pemuda dan mahasiswa. Mereka mampu memobilisasi massa hingga 300 ribu orang dan mendesak pemerintah untuk hadir dalam agenda tersebut. Komite ini terdiri dari beberapa sub organisasi seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API), BARA (Barisan Rakyat), dan Barisan Buruh Tani (BBT).

Pemerintah Dai Nippon yang mendengar rencana rapat ini membuat perintah tandingan. Mereka melarang mengadakan rapat umum di lapangan IKADA dan mengancam akan menitindakan tegas untuk mencegah hal itu berlangsung.

Walaupun mendapat tekanan dari pemerintah Jepang, para pemuda tersebut menolak tunduk pada pelbagai ancaman yang diberikan. Namun Pemerintah Indonesia justru bersikap lunak karena tidak mau mengambil resiko untuk melawan kemauan Jepang. Presiden Sukarno bahkan dikabarkan awalnya menolak untuk datang. Namun para pemuda dari Asrama Prapatan 10 terus membujuk Sukarno.

Bung Kano pun melunak dan mau menghadiri rapat tersebut. Kedatangan Bung Karno sudah ditunggu oleh para pemuda dari pagi hingga petang menjelang. Massa yang awalnya riuh, setelah Sukarno mendatangi rapat tersebut, hening seketika.

Bersama Bung Hatta, Bung Karno meminta massa rapat besar IKADA untuk tetap tenang dan percaya kepada pemerintah. “Kalau memang saudara percaya kepada Pemerintah Republik Indonesia yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan ini, walaupun kami akan robek karenanya, maka berikanlah kepercayaan itu kepada kami, dengan tunduk kepada perintah-perintah kami dan disiplin. Sesudah perintah kami ini, marilah kita sekarang pulang dengan tenang dan tentram," ucapnya.

GERIN RIO PRANATA

Baca juga:

Kagum dengan Lapangan Banteng Kini, Ahok: Dulu Kan Seram

Lihat Foto

Arsip Kompas

Bung Karno saat menghadiri rapat raksasa menyambut Proklamasi Kemerdekaan R.I di Lapangan Ikada Jakarta (Lapangan Monas), 19 September 1945

JAKARTA, KOMPAS.com - "Merdeka, Merdeka..". Begitu suara gegap gempita dan teriakan dari sekitar 300.000 orang yang berada di Lapangan Ikada Jakarta pada 19 September 1945.

Peristiwa itu terjadi lebih kurang satu bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Lautan manusia yang bertekad mempertahankan kemerdekaan itu bergelora menyambut Presiden Soekarno ketika naik ke tribun.

Moeffreni Moe'min, Komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) selaku pendamping Soekarno dalam buku "Perjuangan Mempertahankan Jakarta Masa Awal Proklamasi: Kesaksian Para Pelaku Sejarah" berkisah masyarakat berbondong-bondong datang ke Lapangan Ikada sekitar pukul 10.00 WIB.

Mereka datang secara terorganisir. Moeffreni adalah orang yang mendampingi dan mengamankan Soekarno menuju podium untuk berpidato.

Baca juga: Napak Tilas Sejarah Taman Proklamasi, Area Pembacaan Teks Proklamasi hingga Perjuangan Tokoh Wanita

"Karena dengan demikian kebetulan kami sebagai pimpinan dari BKR, kami merasa terpanggil untuk berada di lapangan pada waktu itu," kata Moeffreni dalam wawancara tahun 1984 yang diterbitkan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Tentara Jepang awalnya melarang pemuda menggelar Rapat Raksasa di Lapangan Ikada. Pada 17 September malam hingga tanggal 18 September, mobil-mobil, tank panser wagon, mobil panser dari tentara Jepang mengumumkan pelarangan acara Rapat Raksasa di Lapangan Ikada.

Rakyat dari berbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya, Penjaringan, Tanjung Priok, Mangga Besar, Senen, Tanah Abang, Jatinegara, Bekasi, Bogor, Tangerang, dan Banten datang berduyun-duyun.

Rakyat membawa poster-poster dan bendera merah putih. Sebagian besar datang dengan kereta api dan berhenti di Stasiun KA Gambir karena waktu itu satu-satunya alat transportasi yang murah meriah dan langsung menuju Lapangan Ikada adalah kereta api.

"Dari pihak Jepang itu, mereka mengadakan usaha-usaha sebetulnya menahan jangan sampai rakyat itu bisa masuk ke dalam lapangan itu (Lapangan Ikada). Tetapi tekanan-tekanan dari rakyat ini, rakyat mulai mendekat," kata Moeffreni.

Rakyat mendekati tank-tank milik Jepang. Waktu itu suasana betul-betul tegang dan mencekam. Namun rakyat sedikit pun tak gentar meski dijaga oleh tentara-tentara Jepang.

Baca juga: Mengenang Peristiwa Pembakaran Bekasi dari Tugu Perjuangan...

Bendera Merah Putih dan spanduk-spanduk bertuliskan kalimat perjuangan pun menghiasi lautan manusia.

Lihat Foto

Arsip Kompas

Bung Karno saat menghadiri rapat raksasa menyambut Proklamasi Kemerdekaan R.I di Lapangan Ikada Jakarta (Lapangan Monas), 19 September 1945

KOMPAS.com - Hari ini 74 tahun lalu, tepatnya 19 September 1945, atau satu bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, sekitar 300.000 orang berkumpul di Lapangan Ikada (sekarang Monas).

Mereka yang berkumpul di Lapangan Ikada memiliki satu tekad bulat, yaitu mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru berumur satu bulan.

Mantan Wakil Presiden Indonesia, Adam Malik, dikutip dari Harian Kompas, 21 September 1979, menganggap rapat raksasa itu sebagai genderang perang melawan tentara Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan.

Hal itu bukan tanpa alasan.

Rapat tersebut mampu membakar semangat rakyat Indonesia, sehingga perang melawan Belanda pun tak terhindarkan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Peristiwa 10 November di Surabaya.

Latar belakang

Dikutip dari Harian Kompas, 20 September 1996, pada hari itu, Lapangan Ikada bak lautan manusia, dengan balutan warna-warni merah putih.

Sebanyak 300.000 orang berkumpul di lapangan itu. Sebagai perbandingan, jumlah penduduk Jakarta waktu sekitar 400.000 jiwa.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945

Rapat tersebut diinisiasi oleh para pemuda yang cemas dan khawatir ketika tentara Sekutu akan membentuk markas besar di Jakarta.

Tak hanya itu, para pemuda ini juga marah ketika mengetahui kapal berbendera Sekutu akan berlabuh di Tanjung Priok.

Soebagijo Ilham Notodidjojjo dalam Harian Kompas, 17 September 1976, menyebutkan, tak ada perubahan yang terjadi setelah sebulan sejak Proklamasi Kemerdekaan RI.

Lihat Foto

Arsip KOMPAS

Rapat Raksasa di Lapangan Ikada pada 19 September 1945.

Meski kabinet telah dibentuk dan tak ada lagi lagu Kimigayo setiap pagi, tetapi perubahan lainnya belum terasa.

Berkumpulnya ratusan ribu orang itu berkat kabar yang beredar dari mulut ke mulut.

Awalnya, rapat direncanakan pada 17 September 1945, tepat satu bulan setelah kemerdekaan.

Akan tetapi, karena adanya ancaman dari tentara Jepang dan Sekutu, rapat raksasa di Lapangan Ikada pun akhirnya diundur menjadi 19 September 1945.

Meski larangan mengadakan rapat raksasa telah dikeluarkan oleh tentara Jepang, namun rakyat tetap membanjiri Lapangan Ikada dengan penuh semangat.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gembong Teroris Noordin M Top Tewas di Solo

Baca tentang

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA