Apa perbedaan garam biasa dengan garam beryodium

Garam beryodium adalah salah satu asupan makanan yang perlu dikonsumsi sehari-hari. Garam beryodium memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh, di antaranya untuk mencegah penyakit tiroid serta menjaga kesehatan ibu hamil dan janin di dalam kandungan.

Garam beryodium merupakan garam yang sudah difortifikasi atau ditambahkan mineral yodium. Yodium ini berfungsi untuk membantu tubuh memproduksi hormon tiroid, yaitu hormon yang berperan dalam mengatur proses metabolisme tubuh dan berbagai fungsi organ di dalam tubuh.

Garam yang dijual di pasaran terbagi menjadi dua macam, yakni garam laut biasa dan garam meja. Kedua jenis garam ini memiliki sedikit perbedaan. Garam laut biasa berbentuk lebih kasar dan butirannya lebih besar, sedangkan garam meja umumnya lebih halus dengan butiran yang lebih kecil.

Beragam Manfaat Garam Beryodium

Bagi Anda yang suka meracik masakan di dapur, tentu sudah tidak asing dengan garam meja. Umumnya, pembuatan garam meja melalui proses yang lebih panjang dibandingkan pembuatan garam laut. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan mineral yang tidak dibutuhkan.

Sebagian besar garam meja yang dijual di pasaran telah ditambahkan yodium. Yodium merupakan unsur mineral yang umumnya terkandung dalam air laut atau tanah di sekitar lautan.

Sebagai nutrisi yang penting bagi tubuh, ada beberapa peran yodium, di antaranya:

  • Menjaga fungsi tiroid tetap stabil
  • Mendukung pertumbuhan otak janin, bayi, dan anak-anak
  • Mencegah penyakit tiroid, seperti penyakit gondok dan hipotiroidisme
  • Mengurangi risiko kanker tiroid

Rekomendasi Asupan Yodium Sehari-hari

Setiap orang disarankan memenuhi asupan yodium setiap hari. Namun, jumlah yang diperlukan setiap orang berbeda-beda, tergantung pada usianya. Kementerian Kesehatan merekomendasikan asupan yodium sehari-hari sebagai berikut:

  • 90–120 mikrogram (mcg) yodium per hari untuk bayi
  • 120 mcg yodium per hari untuk anak-anak
  • 150 mcg yodium per hari untuk remaja dan orang dewasa
  • 220 mcg yodium per hari untuk ibu hamil
  • 250 mcg yodium per hari untuk ibu menyusui

Asupan yodium ini bisa diperoleh dengan mengonsumsi garam beryodium yang ditambahkan pada masakan atau minuman. Namun, orang yang menderita penyakit tertentu, seperti hipertensi dan penyakit ginjal, mungkin perlu membatasi asupan garam.

Jika dokter menyarankan Anda untuk membatasi konsumsi garam, maka asupan yodium bisa Anda peroleh dari makanan atau minuman yang banyak mengandung mineral ini, antara lain:

  • Makanan laut, seperti ikan, kerang, dan rumput laut
  • Susu dan produk olahannya, seperti keju atau yoghurt
  • Telur
  • Multivitamin atau suplemen yang mengandung yodium

Risiko bila Kadar Yodium dalam Tubuh Tidak Seimbang

Meski memiliki beragam manfaat yang baik, kekurangan atau kelebihan yodium juga bisa memberikan dampak buruk pada tubuh. Berikut ini adalah penjelasannya:

Kekurangan yodium

Walaupun sumber yodium dapat dengan mudah ditemui, masih cukup banyak orang di belahan dunia ini yang mengalami kekurangan yodium.

Kurangnya asupan yodium bisa mengakibatkan penurunan produksi hormon tiroid. Hal ini dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid atau penyakit gondok (goiter).

Selain itu, kekurangan yodium juga bisa mengakibatkan hipotiroidisme, yaitu kondisi di mana kelenjar tiroid tidak dapat menghasilkan hormon tiroid yang cukup. Berikut ini adalah beberapa gejala hipotiroidisme yang dapat muncul:

  • Kenaikan berat badan
  • Kelelahan
  • Konstipasi atau sembelit
  • Sering merasa kedinginan atau sensitif terhadap suhu dingin
  • Kulit kering

Pada ibu hamil, kekurangan yodium dapat menyebabkan hipotiroid kongenital, yaitu kondisi di mana janin kekurangan hormon tiroid. Penyakit ini bisa menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dan kesulitan belajar pada anak di kemudian hari, serta meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, dan cacat bawaan lahir.

Kelebihan yodium

Tidak hanya kekurangan yodium yang berbahaya, kelebihan yodium juga bisa menimbulkan masalah kesehatan, yaitu hipertiroidisme. Gejala-gejala penyakit tersebut adalah:

  • Berat badan turun meski tidak sedang menjalani diet
  • Napas pendek atau terasa berat
  • Dada berdebar
  • Tangan gemetar (tremor)
  • Sering berkeringat
  • Sangat sensitif terhadap suhu panas
  • Mudah lelah
  • Gatal-gatal
  • Perubahan siklus menstruasi

Selain hipertiroidisme, kelebihan asupan yodium juga dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid.

Nah, kini Anda sudah tahu pentingnya mengonsumsi garam beryodium, kan? Guna mencegah penyakit akibat kekurangan atau kelebihan yodium, pastikan asupan yodium harian Anda tercukupi, sesuai jumlah yang direkomendasikan.

Apabila muncul gejala penyakit akibat kekurangan atau kelebihan yodium, segeralah konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.

Brilio.net - Hampir semua jenis makanan membutuhkan garam, mulai dari kue hingga makanan berat. Namun tahukah kamu jika garam memiliki banyak jenis? Beberapa jenis garam ini memiliki fungsi serta perannya masing-masing lho.

Meskipun sama-sama memiliki rasa asin, kamu wajib mengetahui jenis dan perbedaan dari garam. Penasaran nggak apa saja jenis dan perbedannya? Berikut brilio.net rangkum dari berbagai sumber pada Rabu (21/4).

1. Garam meja (iodized salt).

foto: freepik.com

Garam meja sering ditemui di dapur rumah. Garam yang biasa disebut garam beryodium ini memiliki tekstur yang sangat halus. Garam meja memiliki natrium klorida sebanyak 97 persen. Garam jenis ini biasa digunakan untuk menambah cita rasa masakanmu.

BACA JUGA :
8 Manfaat garam laut untuk kesehatan, menjaga sistem pencernaan

2. Garam krosok (coarse salt).

foto: Instagram/@garam_madura_pamekasan

Garam jenis ini memiliki butiran yang lebih besar jika dibandingkan dengan garam meja. Garam krosok memiliki rasa yang jauh lebih asin, lebih kuat, serta tidak mudah larut. Biasanya, garam jenis ini digunakan untuk memproduksi ikan asin, mengawetkan ikan, dan sebagai campuran pakan ternak.

3. Garam laut (sea salt).

foto: freepik.com

Garam laut memiliki bentuk seperti serpihan kristal dan teksturnya bersisik. Pembuatan garam ini melalui proses penguapan air laut. Garam laut memiliki kandungan mineral seperti zat besi, seng, dan potasium. Namun, kandungan yang ada pada garam laut tergantung dari asal lautnya.

4. Garam kosher (kosher salt).

foto: freepik.com

Garam kosher biasa digunakan untuk mengolah daging. Mulai dari saat proses merendam, membilas, dan menggarami. Tidak seperti garam meja biasa, garam kosher biasanya tidak mengandung yodium tambahan.

5. Garam himalaya (himalayan pink salt).

foto: freepik.com

Garam jenis ini berwarna pink yang disebabkan oleh kandungan iron oxide (besi oksida). Jika dibandingkan dengan garam meja, kandungan natrium pada garam himalaya lebih rendah. Pada garam meja terdapat 400 mg natrium, sedangkan garam himalaya memiliki natrium sekitar 368 mg.

Garam termasuk bahan yang diperlukan dalam setiap masakan. Meski begitu, penambahan garam yang terlalu banyak dalam masakan bisa membuat masakan menjadi asin. Di balik itu semua, sebenarnya terdapat berbagai jenis garam di dunia ini.

Memang, asupan garam yang terlalu banyak juga dapat menyebabkan Anda mengalami beberapa kondisi kesehatan seperti tekanan darah tinggi. Namun, Anda perlu tahu jenis garam apa saja yang ada saat ini. Di bawah ini daftarnya.

1. Garam meja

Garam meja merupakan garam yang biasa Anda gunakan saat memasak. Garam ini sudah melewati banyak pengolahan sehingga mempunyai tekstur yang sangat halus dan juga sudah diperkaya dengan mineral yodium yang penting untuk tubuh.

Kekurangan asupan yodium dapat menyebabkan anak mengalami kondisi kesehatan seperti keterlambatan mental dan hipotiroidisme. Dengan penambahan yodium pada garam, penyakit yang disebabkan oleh kekurangan yodium ini dapat dicegah.

Garam meja mengandung natrium klorida murni yakni sebesar 97% atau lebih tinggi. Biasanya, garam meja ditambahkan dengan agen anti-caking untuk mencegah penggumpalan. Anda bisa mencirikannya dalam butiran halus yang tidak saling menempel.

2. Garam laut

Garam laut dibuat dengan cara menguapkan air laut. Tidak jauh berbeda dari garam meja, garam laut juga mengandung banyak natrium klorida (alami) tetapi mengandung sedikit mineral.

Namun, hal kandungan mineral tersebut juga tergantung dari mana garam tersebut dipanen dan bagaimana garam tersebut diproses. Biasanya garam laut mengandung beberapa jenis mineral seperti kalium, zat besi, dan seng (zinc).

Karena murni dibuat di laut, garam laut juga bisa tercemar bahan logam (seperti timbal) akibat pencemaran lingkungan laut. Semakin gelap warna garam laut, semakin tinggi kandungan kotoran juga unsur mineral dalam garam tersebut.

Kelemahannya yakni rasa garam laut yang berbeda dengan garam meja, terlebih lagi jika Anda tidak pernah mengonsumsinya. Kotoran dan mineral dalam garam laut juga bisa memengaruhi rasa. Rasa garam laut mungkin lebih kuat daripada garam meja.

3. Garam Himalaya

Jarang dikenali, garam Himalaya merupakan garam yang berasal dari tambang garam terbesar kedua di dunia yang bernama Khewra Salt Mine di Pakistan, bukan dari pegunungan Himalaya seperti yang Anda tebak.

Garam ini mempunyai warna merah muda yang berasal dari kandungan zat besi dalam garam tersebut. Garam Himalaya mengandung mineral natrium yang lebih rendah dari garam meja.

Namun demikian, jenis garam yang satu ini mengandung kurang lebih 84 mineral penting yang dibutuhkan oleh tubuh, di antaranya kalsium, zat besi, kalium, dan magnesium.

Karena kandungannya tersebut, garam Himalaya dipercaya dapat membantu mengurangi kram otot, mengontrol kadar gula darah, dan menjaga kesehatan asam-basa dalam sel.

4. Garam kosher

Garam kosher mempunyai tekstur yang lebih kasar seperti kristal yang tidak beraturan, berbeda dengan garam meja yang biasa Anda temukan.

Perbedaan yang lainnya yaitu garam kosher tidak mengandung agen anti-caking sehingga lebih mudah menggumpal dan juga tidak mengandung yodium.

Namun, garam kosher mempunyai rasa yang tidak jauh berbeda dari garam meja, tetapi lebih ringan.

5. Garam Celtic

Garam ini mempunyai warna keabu-abuan, tidak jarang orang mengenalnya sebagai garam abu-abu (grey salt). Garam Celtic mengandung sedikit air sehingga membuatnya tetap lembap.

Selain itu, garam ini mengandung sejumlah mineral, tetapi memiliki kandungan natrium yang lebih rendah dari garam meja. Garam ini mempunyai sifat basa dan bisa dimanfaatkan untuk mencegah kram otot.

Garam mana yang lebih sehat?

Pada dasarnya, semua garam sama kegunaannya, yaitu untuk menambah rasa pada masakan Anda. Anda bisa memilih garam mana yang bisa Anda tambahkan ke dalam masakan Anda sesuai dengan rasa, tekstur, warna, dan kebiasaan.

Selama ini, Anda mungkin terbiasa menggunakan garam meja pada masakan Anda, hal ini tidak menjadi masalah selama Anda menambahkannya dalam jumlah yang cukup (tidak berlebihan).

ika Anda ingin mendapatkan warna yang menarik pada masakan Anda, Anda bisa menaburkan garam Himalaya pada masakan Anda setelah matang.

Selain itu, semua garam pada dasarnya juga mengandung natrium klorida dan berbagai mineral penting bagi tubuh.

Namun, sebaiknya pilihlah garam yang mengandung yodium karena mineral ini sangat diperlukan oleh tubuh dan garam beryodium terbukti dapat mencegah Anda dari berbagai penyakit terkait yodium.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Sumber

Gunnars, Kris. (2016). Types of Salt: Himalayan vs Kosher vs Regular vs Sea Salt. [online] Authority Nutrition. Available at: //authoritynutrition.com/different-types-of-salt/ [Accessed 22 Nov. 2016].

EcoWatch. (2016). 9 Different Kinds of Salt: Which Is the Healthiest?. [online] Available at: //www.ecowatch.com/9-different-kinds-of-salt-which-is-the-healthiest-1891079937.html [Accessed 22 Nov. 2016].

Kirschner, C. (2014). What are the different types of salt and what are they used for?. [online] Available at: //www.mnn.com/food/healthy-eating/stories/what-are-the-different-types-of-salt-and-what-are-they-used-for [Accessed 22 Nov. 2016].

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA