Apa penyebab terjadinya abortus spontan sebutkan

Etiologi Abortus general_alomedika 2019-01-07T09:07:28+07:00 2019-01-07T09:07:28+07:00

Sekitar 50-70% etiologi abortus disebabkan oleh anomali kromosom pada embrio. Adanya abnormalitas kromosom bisa terjadi baik pada kromosom ovum maupun sperma. Penyebab kelainan kromosom paling banyak adalah trisomi dan aneuploidi. Penyebab lainnya adalah abnormalitas struktur, mosaikisme, dan defek gen. [6,7,9]

Faktor Risiko

Faktor risiko abortus di antaranya:

  • Faktor plasenta, baik kelainan bentuk atau letak plasenta.
  • Faktor serviks dan uterus, meliputi inkompetensi serviks, uterus bersepta, uterus unikornis, bikornis, atau uterus didelfis. Faktor risiko lain adalah sinekia uteri, sindrom Asherman, endometriosis, fibroid di submukosa atau intramural, dan sindrom ovarium polikistik.

  • Usia tua : Peningkatan usia ibu berkaitan dengan risiko aneuploidi >30% pada wanita usia 40 tahun.
  • Adanya gangguan metabolik antara lain defisiensi korpus luteum, diabetes melitus, hipertensi tidak terkontrol, gangguan ginjal, tiroid, obesitas, dan malnutrisi
  • Infeksi selama kehamilan meliputi infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes, dan Others seperti sifilis), Parvovirus B19, Mycoplasma hominis, Chlamydia trachomatis, malaria, HIV, demam dengue, influenza, dan bakterial vaginosis.

  • Adanya abnormalitas sistem imun misalnya lupus eritematosus sistemik dan Antiphospholipid Syndrome (APS).

  • Paparan lingkungan berupa radiasi, timbal, formaldehid, rokok, alkohol, obat-obatan tertentu misalnya anestesi, NSAID, kafein, kokain, dan antidepresan.
  • Kadar homosistein yang tinggi serta kadar asam folat yang rendah juga dilaporkan berhubungan dengan abortus spontan dan berulang. [3,4,6-8,11,18]

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, In Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Edisi pertama, 2013, pp 84-95 4. A. Y. Weintraub and E. Sheiner, In Bleeding During Pregnancy: A Comprehensive Guide, 2011, 25-44. DOI 10.1007/978-1-4419-9810-1 6. E. E. Puscheck. Early Pregnancy Loss. 2018. 7. J. Calleja-Agius, E. Jauniaux, S. Muttukhrishna. Inflammatory Cytokines in Maternal Circulation and Placenta of Chromosomally Abnormal First Trimester Miscarriages. 2012,1-6 www.//dx.doi.org/10.1155/2012/175041 8. C. W. Ku, Z. W Tan, M. K. Lim, et al. Spontaneous Miscarriage In First Trimester Pregnancy Is Associated With Altered Urinary Metabolite Profile. 2017,8, 48-55. //dx.doi.org/10.1016%2Fj.bbacli.2017.07.003 9.National Institute for Health and Care Excellence. Management of Miscarriage. .2016:1-12 11. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Early Pregnancy Loss. 2015, 150,1-10.

18. Hooker AB, Lemmers M, Thurkow AL, Heymans MW, Opmeer BC, Brölmann HAM, Mol BW, Huirne JAF. Systematic review and meta-analysis of intrauterine adhesions after miscarriage: prevalence, risk factors and long-term reproductive outcome, Human Reproduction Update, 2014. 20(2): 262–278, //doi.org/10.1093/humupd/dmt045

Abortus atau yang lebih sering disebut keguguran adalah kematian janin dalam kandungan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Anda mungkin belum tahu macam-macam abortus yang bisa terjadi selama kehamilan. Apa sajakah itu? Simak ulasannya berikut ini.

Umumnya, abortus dianggap terjadi karena terdapat kesalahan pada kehamilan atau kesehatan ibu. Padahal faktanya, 2 dari 3 abortus terjadi karena adanya kelainan pada kromosom janin yang membuat ia tidak bisa tumbuh dan akhirnya gugur dari kandungan.

Mengenal Macam-Macam Abortus

Di dunia medis, abortus atau keguguran dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Abortus komplet

Pada jenis keguguran ini, mulut rahim terbuka lebar dan seluruh jaringan janin keluar dari rahim. Ketika abortus komplet terjadi, Ibu hamil akan mengalami perdarahan vagina serta nyeri perut seperti sedang melahirkan. Biasanya, abortus komplet terjadi pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu.

2. Abortus inkomplet

Abortus inkomplet adalah jenis keguguran yang terjadi saat jaringan janin sudah keluar sebagian. Umumnya, perdarahan serta nyeri perut akan berlangsung lama dan baru bisa berhenti setelah seluruh jaringan telah keluar atau dilakukan kuretase.

3. Abortus insipiens

Pada abortus insipiens, terjadi perdarahan disertai nyeri perut, tetapi jaringan janin masih utuh berada di dalam rahim. Meski begitu, keguguran tetap tidak dapat dihindari karena mulut rahim sudah terbuka.

4. Ancaman abortus

Ancaman abortus sebenarnya bukan keguguran. Pada kondisi ini, mulut rahim masih tertutup dan janin masih hidup di dalam rahim. Perdarahan dari vagina dan nyeri perut yang dialami pun masih tergolong ringan. Walau risiko terjadinya keguguran memang lebih besar, namun kemungkinan untuk menyelamatkan kehamilan masih ada.

5. Abortus tak terduga

Pada abortus tak terduga, janin telah meninggal, tetapi ibu tidak menyadarinya karena tidak ada keluhan. Kemungkinan lain, bakal janin memang tidak berkembang sejak awal (blighted ovum). Kondisi ini biasanya baru disadari ketika melakukan kontrol kehamilan dan denyut jantung janin tidak terlihat pada pemeriksaan ultrasonography.

6. Abortus berulang

Abortus berulang merupakan diagnosis untuk keguguran yang terjadi sebanyak 3 kali atau lebih secara berturut-turut. Kemungkinan terjadinya abortus berulang sangat kecil. Oleh sebab itu, jika Anda mengalami kondisi ini, sebaiknya konsultasikan kepada dokter kandungan untuk mencari tahu penyebabnya.

Macam-macam abortus di atas bisa terjadi pada siapa saja selama kehamilan trimester pertama. Namun, untuk menurunkan risiko keguguran, Anda disarankan untuk menjaga kehamilan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menghindari asap rokok dan minuman beralkohol, membiasakan olahraga ringan, serta mengelola stres dengan baik.

Selain itu, jangan lupa juga untuk rutin memeriksakan kehamilan ke dokter agar kondisi janin dan kesehatan Anda tetap terpantau dengan baik.

Keguguran adalah berhentinya kehamilan secara spontan saat usia kehamilan belum mencapai 20 minggu. Sebagian besar kasus keguguran terjadi pada awal kehamilan, terkadang bahkan sebelum wanita mengetahui bila dirinya hamil.

Perlu diketahui bahwa perdarahan ringan atau keluarnya bercak darah dari vagina saat hamil muda bukan selalu pertanda keguguran. Hal ini umum terjadi dalam waktu 6–12 hari setelah pembuahan, yaitu saat janin menempel di dinding rahim dan terjadi maksimal selama 3 hari. Perdarahan ini dinamakan perdarahan implantasi.

Perdarahan bisa menjadi tanda keguguran bila disertai nyeri hebat di perut bagian bawah dan disertai keluarnya jaringan atau gumpalan dari vagina. Bila mengalami kondisi tersebut, ibu hamil dianjurkan segera mendatangi pusat layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan secepatnya.

Penyebab Keguguran

Penyebab keguguran yang paling umum adalah kelainan kromosom yang membuat bayi tidak berkembang secara normal. Kelainan kromoson tersebut bisa terjadi tanpa diduga, atau karena kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua. Masalah pada plasenta juga bisa menyebabkan keguguran.

Selain itu, ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran, antara lain:

  • Penyakit infeksi, seperti toxoplasmosis, rubella, sifilis, malaria, HIV, dan gonore
  • Penyakit autoimun, seperti lupus dan sindrom antifosfolipid
  • Penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit ginjal
  • Gangguan hormon, seperti penyakit tiroid atau PCOS
  • Kelainan pada bentuk rahim atau leher rahim
  • Penggunaan obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid, methotrexate, dan retinoid
  • Hamil di usia lebih dari 35 tahun
  • Riwayat keguguran lebih dari 2 kali
  • Pola hidup tidak sehat, seperti kecanduan alkohol, merokok, atau penyalahgunaan NAPZA
  • Kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan (obesitas)
  • Paparan zat beracun dan radiasi tingkat tinggi

Kondisi yang tidak menyebabkan keguguran

Perlu diketahui bahwa masih banyak orang yang meyakini beberapa kondisi di bawah ini dapat menyebabkan keguguran, padahal sebenarnya tidak. Kondisi tersebut antara lain:

  • Olahraga ringan
  • Berhubungan intim
  • Konsumsi makanan pedas
  • Naik pesawat terbang
  • Bekerja, kecuali pekerjaan yang berisiko terpapar zat kimia atau radiasi

Gejala Keguguran

Tanda atau gejala keguguran yang dialami ibu hamil bisa berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing jenis keguguran dan gejalanya:

  • Keguguran yang tidak bisa dihindari (abortus insipiens)
    Abortus insipiens ditandai dengan perdarahan, kram perut, dan pembukaan jalan lahir. Meski begitu, janin yang luruh belum keluar dari rahim.
  • Keguguran tidak lengkap (abortus inkomplit)
    Abortus inkomplit ditandai dengan perdarahan berat pada vagina, kram hebat, disertai dengan keluarnya plasenta atau janin yang luruh. Pada keguguran jenis ini, sebagian jaringan atau plasenta masih ada yang tertinggal di rahim.
  • Keguguran lengkap (abortus komplit)
    Sesuai namanya, keguguran ini ditandai dengan semua jaringan atau janin yang luruh keluar dari rahim. Setelah mengalami keguguran lengkap, rasa nyeri dan perdarahan yang terjadi akan berkurang secara signifikan.
  • Keguguran yang terlewatkan (missed abortion)
    Berbeda dari jenis lain, missed abortion terjadi karena janin tidak berkembang atau kehamilan kosong (blighted ovum). Missed abortion tidak menimbulkan gejala seperti keguguran pada umumnya sehingga ibu yang mengalaminya sering tidak sadar bahwa dirinya hamil.
  • Keguguran berulang (recurrent abortion)
    Keguguran berulang terjadi ketika ibu hamil mengalami dua kali atau lebih keguguran secara berturut-turut. Penyebabnya yang paling sering adalah kelainan genetik pada ibu, contohnya sindrom antifosfolipid.

Kapan harus ke dokter

Seperti telah disebutkan sebelumnya, ibu hamil bisa mengalami perdarahan implantasi. Namun, ibu hamil perlu waspada bila terjadi perdarahan dari vagina selama trimester pertama, yang dicurigai sebagai ancaman keguguran (abortus iminens).

Abortus iminens dapat berupa flek kecokelatan yang disertai gumpalan darah serta nyeri di perut bagian bawah, tetapi belum terjadi pembukaan jalan lahir. Jika hal ini terjadi, ibu hamil dianjurkan untuk segera ke IGD rumah sakit atau layanan medis terdekat, agar dokter dapat melakukan tindakan pencegahan.

Ibu hamil juga perlu segera ke dokter bila mengalami keluhan berikut pada trimester pertama kehamilan, terutama bila ada riwayat keguguran sebelumnya:

  • Demam
  • Muntah-muntah sampai tidak bisa makan dan minum
  • Keputihan
  • Nyeri saat buang air kecil

Diagnosis Keguguran

Dokter kandungan akan melakukan pemeriksaan panggul dan USG kehamilan untuk memastikan apakah terjadi keguguran atau tidak. Dokter juga akan mengukur kadar hormon hCG yang seharusnya meningkat saat kehamilan.

Jika ibu hamil mengalami lebih dari dua kali keguguran berturut-turut, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan lanjutan berupa:

  • USG transvaginal, untuk memeriksa rahim, ovarium, leher rahim, dan area panggul
  • Tes genetik, untuk memeriksa bila ada kelainan genetik pada ibu hamil atau pasangannya
  • Tes darah, untuk mendeteksi penyebab keguguran akibat gangguan hormon, penggumpalan atau pengentalan darah, dan infeksi

Penanganan Keguguran

Jika pasien dinyatakan mengalami keguguran lengkap, penanganan secara khusus tidak perlu dilakukan. Namun, bila pasien mengalami kondisi ancaman keguguran atau dinyatakan mengalami keguguran, ada beberapa jenis penanganan yang bisa dilakukan oleh dokter, yaitu:

Perawatan kehamilan

Perawatan kehamilan dilakukan bila pasien mengalami ancaman keguguran. Dokter akan menyarankan untuk istirahat total di tempat tidur sampai perdarahan atau rasa sakit mereda.

Pasien juga dianjurkan untuk tidak berolahraga dan berhubungan seksual sampai beberapa minggu. Bila perlu, dokter akan memberikan obat penguat kandungan.

Obat-obatan

Jika pasien dinyatakan mengalami keguguran, baik janin belum keluar sama sekali maupun sudah keluar sebagian, dokter akan meresepkan obat guna mempercepat proses pembersihan. Obat tersebut bisa diminum atau dimasukkan ke dalam vagina.

Selain obat untuk membantu keluarnya janin, dokter dapat memberikan obat antibiotik dan obat antiperdarahan. Suntik immunoglobulin juga dapat dilakukan untuk mencegah gangguan kesehatan pada kehamilan berikutnya.

Kuret

Kuret dilakukan dengan cara melebarkan serviks (leher rahim) menggunakan alat khusus, untuk mengeluarkan jaringan ari-ari atau sisa tubuh janin di rahim. Kuret perlu dilakukan secepatnya jika pasien mengalami keguguran yang disertai dengan perdarahan hebat atau muncul gejala infeksi.

Komplikasi Keguguran

Keguguran berisiko menimbulkan infeksi akibat sisa jaringan tubuh janin yang masih tertinggal di dalam rahim. Kondisi yang dinamakan abortus septik ini ditandai dengan keluhan berupa demam, menggigil, keputihan, dan nyeri di perut bagian bawah.

Jaringan plasenta yang masih tertinggal di dalam rahim juga berisiko menyebabkan perdarahan sehingga dapat mengakibatkan anemia atau bahkan syok.

Pemulihan Mental Orang Tua Pascakeguguran

Kehilangan calon bayi tentu menimbulkan perasaan sedih, marah, hingga menyesal. Orang tua juga mungkin mengalami gangguan tidur, sering menangis, atau lemas.

Oleh karena itu, orang tua yang kehilangan calon bayi akibat keguguran bisa berbagi kesedihan dengan keluarga, teman, atau orang lain yang pernah mengalaminya. Hal ini berguna untuk mengurangi stres akibat peristiwa tersebut.

Jika upaya tersebut tidak membantu, lakukan konsultasi ke psikolog atau psikiater. Cara ini diharapkan dapat membantu menekan perasaan depresi, kehilangan, atau rasa bersalah.

Cuti Keguguran

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 82 ayat 2, seorang pekerja perempuan yang mengalami keguguran berhak mendapatkan cuti 1,5 bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter.

Peraturan tersebut untuk memberikan waktu bagi wanita untuk beristirahat hingga kondisi fisik dan emosionalnya pulih.

Pencegahan Keguguran

Keguguran yang disebabkan oleh kelainan genetik sulit untuk dicegah. Namun, keguguran yang terjadi karena faktor lain dapat dicegah dengan melakukan beberapa cara berikut:

  • Mengonsumsi minimal 400 mcg asam folat setiap hari, setidaknya 1–2 bulan selama program kehamilan
  • Menjaga berat badan ideal
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
  • Mengelola stres dengan baik
  • Tidak merokok atau terpapar asap rokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan tidak menggunakan obat-obatan tanpa resep dokter
  • Menerima vaksin sebelum hamil sesuai anjuran dokter, untuk mencegah infeksi
  • Menghindari paparan sinar radiasi dan zat beracun, seperti arsenik, timbal, dan formaldehida
  • Menjalani pengobatan untuk kondisi medis, terutama gangguan kesehatan yang berisiko menyebabkan keguguran

Terakhir diperbarui: 22 Maret 2022

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA