Apa pendapat Nabi Ismail ketika ayahnya membangun Ka bah?

SRIPOKU.COM-- Pada zaman Nabi Nuh, terjadi badai topan dan air yang besar yang menenggelamkan segala isi perbukaan bumi termasuk ka'bah yang mengalami kerusakan.

Setelah topan dahsyat mereda, semua orang-orang muslim kembali mengunjungi Ka'bah untuk melaksanakan ibadah.

Akhirnya, pada zaman Nabi Ibrahim, bangunan Ka'bah itu kembali diperbaiki.

Saat Ka'bah dibangun, terjadi peristiwa yang unik yakni sebelumnya Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa istrinya, Siti Hajar ke tempat yang jauh dari kota Qan'an, tempat tinggal Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar di Padang yang tandus bersama Ismail, anaknya.

Ditengah panas terik matahari, Hajar duduk menyusui Ismail.

Suasana yang makin panas membuat Hajar juga merasa kehausan lalu minum air (dari tempat air ) yang ditinggalkan Nabi Ibrahim.

Bukit shafa ()

Karena persediaan kurma dan air yang ia miliki terbatas, Siti Hajar pun bingung manakala persediaan air habis dan Ismail kehausan.

Tak tega melihat Ismail kehausan, Siti Hajar mencari cara untuk mendapatkan air, ia berjalan kesana kemari namun tidak menemukan sumber air.

Siti Hajar kemudian menemukan Shafa, gunung yang paling dekat dengannya.

Halaman selanjutnya arrow_forward

Tags:

Tim | CNN Indonesia

Jumat, 01 Mei 2020 17:12 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Putra Nabi Ibrahim AS, Ismail, diangkat menjadi seorang nabi dan rasul ke-8 oleh Allah SWT. Kisah Nabi Ismail AS merupakan asal mula dari ibadah haji dan kurban.Ismail adalah anak Ibrahim dengan istrinya Siti Hajar. Saat Ismail lahir, atas perintah Allah, Ibrahim membawa anaknya bersama siti hajar keluar dari Palestina.Mereka melewati padang pasir nan gersang menuju lembah berbukit yang dikenal sebagai Lembah Bakkah. Lembah itu kini merupakan kota suci, Mekkah.
Di lembah itu, Ibrahim membuat tempat berteduh dengan makanan dan minuman seadanya. Ibrahim lalu kembali ke Palestina sambil terus berdoa untuk keselamatan Siti Hajar dan Ismail.Setelah berhari-hari di padang pasir, Siti Hajar kehabisan makanan dan minuman untuknya serta Ismail. Ismail kecil menangis kehausan ingin menyusu.Siti Hajar lalu berlari ke sana ke mari mencari air untuk putranya. Dia berlari di antara dua bukit, Shafa dan Marwah. Kisah ini menjadi asal mula rukun ibadah haji yang dikenal dengan Sa'i atau berlari-lari kecil sebanyak tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah.Saat Siti Hajar kelelahan, dia mendengar suara yang memanggilnya untuk membawa Ismail ke tempat tersebut. Setibanya di tempat itu, Siti Hajar meletakkan Ismail yang kemudian menghentakkan kakinya. Dari hentakan kaki itu, muncul air jernih yang kini dikenal sebagai sumur Zamzam.Siti Hajar meminumkan air itu kepada Ismail. Sumber air itu membuat Suku Jumhur berbondong-bondong mendatangi lokasi tersebut. Dalam beberapa tahun, Lembah Bakkah berkembang menjadi tempat yang ramai penduduk.Ismail dibesarkan oleh ibunya Siti hajar di Mekkah. Nabi Ibrahim yang tinggal di Palestina rutin berkunjung ke Mekkah. Hingga Ismail menginjak usia remaja, Nabi Ibrahim menyampaikan bahwa ia mengalami mimpi buruk.Nabi Ibrahim mengatakan bahwa Allah memerintahkannya untuk menyembelih Ismail. Ibrahim lalu meminta pendapat Ismail."Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" kata Ibrahim. Lantas, dengan gagah berani, Ismail meminta Ayahnya untuk melakukan perintah Allah itu.

Ilustrasi. Kisah Nabi Ismail AS menjadi awal mula dari ibadah kurban di hari raya Iduladha. (CNN Indonesia/Daniela)

"Hai bapakku, kerjakan lah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar," kata Ismail. Percakapan ini terdapat dalam Alquran surat As-Saffat ayat 102.Dengan penuh ketaatan, Ibrahim melaksanakan perintah Allah. Ismail meminta ayahnya untuk mengikatnya dengan tali dan menajamkan pisau agar tidak meronta dan kesakitan saat disembelih. Ismail juga meminta agar pakaiannya diberikan kepada Siti Hajar sebagai kenang-kenangan.Sebelum penyembelihan, Ismail dan Ibrahim berpelukan penuh haru.Ibrahim pun memulai proses penyembelihan dengan menyebut nama Allah. Namun, pisau tajam yang digunakannya ternyata tak bisa menyembelih Ismail.Ismail pun meminta ayahnya untuk menyembelihnya tanpa melihat wajahnya. Namun, tetap saja pisau Ibrahim tak bisa menyembelih sang anak.Saat itu, Allah berfirman bahwa perintahnya merupakan ujian keimanan untuk Ibrahim dan Ismail. Allah lalu mengirimkan seekor kambing untuk disembelih, pengganti Nabi Ismail."Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar," bunyi terjemahan surat Ash-Shaffat ayat 107.Peristiwa penyembelihan ini merupakan asal mula ibadah kurban yang disunahkan atau sangat dianjurkan bagi orang yang mampu di hari raya Iduladha.Saat Ismail beranjak dewasa, ia bersama ayahnya kembali mendapat perintah dari Allah untuk membangun Ka'bah di dekat sumur Zamzam. Ismail dan Ibrahim membangun Ka'bah dengan penuh doa.Allah lalu mengajarkan Nabi Ibrahim dan Ismail beribadah di Baitullah, yang kemudian menjadi asal mula ibadah haji yang terus dijalankan dari Umat Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad SAW.

Keteladanan berbakti kepada orang tua menjadi hikmah penting yang dapat dipelajari dari kisah Nabi Ismail AS. "Nabi Ismail adalah anak yang sangat berbakti pada orang tuanya. Jika ingin mencari figur keteladanan, lihat lah Nabi Ismail," kata pengasuh Taman Belajar Al-Afifiyah KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi, kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Wahyul menyebut, Nabi Ismail tidak menghakimi atau mempertanyakan perintah Allah yang diberikan kepada orang tuanya. Ismail meyakini bahwa perintah Allah adalah baik untuknya.Ismail selalu berbaik sangka kepada Allah. Dia percaya bahwa Allah tidak menghendaki keburukan untuk hamba-Nya.

Atas kisah Nabi Ismail dan ketaatannya ini lah, perlu diketahui bahwa ketaatan pada Allah SWT akan dibalas dengan hal yang baik. "Ketaatannya dibalas oleh Allah dengan diselamatkan, tidak jadi dikurbankan," ucap Wahyul. (ptj/asr)

[Gambas:Video CNN]

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

Tujuan membangun Ka'bah adalah beribadah kepada Allah.

Senin , 21 Sep 2020, 12:19 WIB

AP/Amr Nabil

Doa Nabi Ibrahim Usai Membangun Kabah.

Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdoa menjadi satu keniscayaan dalam menjalani kehidupan di dunia. Salah satu doa terbaik yang bisa diamalkan umat Islam adalah doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim ketika selesai membangun ka'bah di tanah suci Makkah.

Baca Juga

Doa nabi Ibrahim ini diabadikan dalam Alqu'an, tepatnya dalam surat Al-Baqarah ayat 127-128: 

رَبَّنَا تََقبَّلْ مِنَّا ِإنَّكَ َأنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ رَبَّنَا وَاجْعَْلنَا مُسْلِمَيْ ِ ن َلكَ وَمِن ُذرِّيَّتِنَا أُمًَّة مُّسْلِمًَة لَّكَ

وََأ ِ رنَا مَنَاسِ َ كنَا وَتُبْ عََليْنَآ ِإنَّكَ َأنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

"Rabbanaa taqqabal minnaa innaka antas sami’ul ‘aliim. Rabbannaa waj’alna muslimaini laka wa min dzuriyyatinaa umatan muslimatan laka wa arinaa manasikanaa wa tub ‘alainaa innaka antat tawwabur rahiim."

“Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS.Al-Baqarah [2]: 127-128)

Dikutip dari tafsir Tahlili terbitkan Alquran Kementerian Agama, ayat 127 dalam surat Al-Baqarah itu dapat dipahami yang membangun Baitullah ialah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Tujuannya beribadah kepada Allah bukan untuk yang lain, sebagai peringatan bagi dirinya, yang akan diingat-ingat oleh anak cucunya di kemudian hari. 

Setelah Ibrahim dan Ismail selesai meletakkan fondasi Ka‘bah, mereka berdua berdoa:  Terimalah dari kami , (maksudnya ialah terimalah amal kami sebagai amal yang saleh, ridailah dan berilah pahala ...)  Allah Maha Mendengar (maksudnya: Allah Maha Mendengar doa kami), dan Allah Maha Mengetahui (maksudnya: Allah Maha Mengetahui niat-niat dan maksud kami membangun dan mendirikan Ka‘bah ini). 

Dari ayat di atas dapat diambil hukum bahwa sunah hukumnya berdoa dan menyerahkan semua amal kita kepada Allah apabila telah selesai mengerjakannya. Dengan penyerahan itu berarti tugas seorang hamba ialah mengerjakan amal-amal yang saleh karena Allah, dan Allah-lah yang berhak menilai amal itu dan memberinya pahala sesuai dengan penilaian-Nya.

Dari ayat di atas juga dapat dimengerti Ibrahim a.s. dan putranya, Ismail a.s., berdoa kepada Allah setelah selesai mengerjakan amal yang saleh dengan niat dan maksud perbuatan itu semata-mata dilakukan dan dikerjakan karena Allah. Karena sifat dan bentuk perbuatan yang dikerjakannya itu diyakini sesuai dengan perintah Allah, maka ayah dan anak itu yakin pula amalnya itu pasti diterima Allah. 

Hal ini berarti segala macam doa yang dipanjatkan kepada Allah yang sifat, bentuk dan tujuannya sama dengan yang dilakukan oleh Ibrahim a.s. dengan putranya, pasti diterima Allah pula dan pasti diberi pahala yang baik dari sisi-Nya. Pada ayat 128 Surat Al-Baqarah, Nabi Ibrahim a.s.kemudian melanjutkan doanya, agar keturunannya menjadi umat yang tunduk dan patuh kepada Allah.

"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang."

  • doa nabi ibrahim
  • membangun kabah
  • kabah
  • berdoa
  • kumpulan doa republika

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA