Apa maksud dari lukas 24 17

Haloo Imakriser!!

Hari ini kami mau sharing pembacaan Alkitab hari ini yaa, yaitu di :

Lukas 24

Murid-murid-Nya adalah orang yang menghabiskan banyak waktu bersama Yesus, tapi pada saat Ia menunjukkan diri-Nya mereka tidak dapat mengenalinya karena ada yang menghalanginya. Padahal murid-murid-Nya sering menghabiskan waktu tapi mungkin mereka tidak mengenal lebih dalam siapa Yesus itu, bahkan sifat kedagingan mereka bisa saja menghalangi pengenalan mereka dengan Yesus. Seperti di Ayat 15-17 terkadang kita tidak sadar bahwa Tuhan menyertai dan bersama kita sehingga kita merasa jauh dari Tuhan.

Sebenarnya Tuhan ada di dekat kita. Jangan sampai ada yang menghalangi kita dekat dengan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Disini kita belajar untuk membedakan kata Tuhan atau kata hati kita. Padahal kalau kita mau sungguh-sungguh datang pada Tuhan dan mengenal-Nya secara baik, harusnya kita tau apa kata Tuhan. Kadang kita tau tapi cenderung menolaknya kalau tidak sesuai. Disini kita diingatkan lagi untuk mengenal-Nya lebih lagi karena sahabat saja bisa tau apa yang dipikirkan sahabatnya tanpa berbicara satu sama lain. Miliki hubungan yang intim dengan Tuhan agar tidak bingung membedakan suara Tuhan dan suara hati.

Percayalah kata Tuhan selalu yang terbaik. Apasih definisi orang percaya itu? Orang yang percaya bukan hanya percaya, tapi juga menyerahkan semuanya sama Tuhan, dan tetap teguh iman kita. Tuhan pasti menepati janji-Nya. So sweet banget ga sih?? Semakin kita membaca alkitab, kita semakin menyadari bahwa Allah bener-bener so sweet dan keren bangett!!

So, tetap semangat bible reading yaaa 💕 besok kita udah mulai baca di Yohanes
Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati ✨✨adidas calabasas cream factory san jose menu – GZ3194 – adidas Ultra Boost 2021 White Multicolor | Air Jordan 1 Mid 554724-077 Black Blue White Latest Drop Sneakers – Ietp

Facebook Notice for EU! You need to login to view and post FB Comments!

Peristiwa di jalan ke Emaus dicatat dalam Lukas 24 yang merupakan bab terakhir dari Injil Lukas. Kita membaca dua murid Yesus yakni Kleopas dan seorang murid lain yang tidak disebutkan namanya berjalan dari Yerusalem ke Emaus pada hari Yesus bangkit dari kematian . Ketika mereka dalam perjalanan, seorang pria (Yesus yang bangkit) bergabung dengan mereka, namun mereka tidak mengenal Dia. Pria itu bertanya, "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" (Lukas 24:17).

Kedua murid itu terkejut karena orang itu tidak mengetahui peristiwa terbaru yang terjadi di Yerusalem. Mereka kemudian memberitahu orang asing itu tentang penyaliban Yesus dan berita tentang kubur-Nya yang kosong. Yesus menanggapi cerita mereka dengan menjelaskan apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci bahwa Mesias harus menderita untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya." (Lukas 24: 25-27)

Ketika mereka tiba di Emaus, malam itu, kedua murid itu meminta Yesus untuk tinggal bersama mereka. Yesus memenuhi permintaan mereka dan tinggal bersama-sama dengan mereka. Sewaktu mereka duduk makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, “mata mereka terbuka” dan mereka mengenali-Nya (ayat 31).

Lukas selanjutnya melaporkan bahwa “kedua murid itu bangkit dan segera kembali ke Yerusalem. Di sana mereka mendapati kesebelas murid yang sedang berkumpul bersama dengan teman-teman mereka. Kedua murid itu menyampaikan bahwa memang benar, Tuhan telah bangkit’” (ayat 33-34).

Kematian Yesus melahirkan rasa kecewa dan putus asa dalam diri para  murid Yesus. Mereka kecewa karena harapan mereka bahwa Yesus akan terus memimpin, menuntun dan memperbaiki nasib mereka kini terhenti. Seperti kita ketahui bahwa kematian Yesus menimbulkan banyak tanya. Ada begitu banyak kecurangan, pengkhianatan, penyangkalan dan perlakuan tidak adil di dalam prosesnya. Ada begitu banyak musuh yang terang-terangan menolak, ada banyak mereka yang bersorak halleluya, terpujilah Dia dan merasakan kebaikan-Nya justru berbalik berteriak salibkan Dia! Ada lebih banyak lagi musuh di dalam selimut yang tampil dengan wajah domba tetapi berhati serigala.

Di atas semuanya itu, kita percaya bahwa Tuhan mempunyai rencana yang lebih besar dan mulia dari pada yang tampak pada kita. Yesus tampaknya kalah tragis, namun sebenarnya Ia menang mulia. Ia mati namun akan bangkit! Ia telah mati namun kini hidup!

Kedua murid yang berjalan ke Emaus adalah mereka yang kecewa, marah, putus asa dan kehilangan kepercayaan dan harapan akibat kematian Yesus, Dia yang menjadi harapan bagi masa depan mereka. Mereka pulang ke kampung halamannya, meninggalkan Kota Yerusalem yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pemerintahan saat itu, meninggalkan para rasul dan rekan-rekannya yang lain, meninggalkan semua kenangan indah bersama Yesus dan semua orang yang berkehendak baik. Mereka berpikir bahwa semuanya habis, selesai, mati.

Namun, seperti kita baca dalam ringkasan cerita perjalanan dua murid ke Emaus di atas, Yesus yang bangkit datang menemani mereka di dalam perjalanan. Yesus tidak ingin mereka larut dalam kesedihan dan kekecewaan hingga putus asa dan kehilangan harapan. Yesus mengenal baik semua situasi yang dirasakan dan dialami murid-murid-Nya. Ia hadir, berjalan bersama mereka, tinggal dan makan bersama mereka, membuka mata hati dan pikiran mereka yang tertutup oleh kesedihan dan memberi mereka harapan.

Hasilnya, kita bisa baca, ketika mereka mendengar kata-kata Yesus hati mereka berkobar-kobar. Dan ketika mereka mengenal Yesus mereka bangun dan berjalan kembali ke Yerusalem untuk menyampaikan kepada murid-murid yang lain yang juga sedang mengalami kesedihan dan kekecewaan bahwa Tuhan sungguh sudah bangkit dan tak ada alasan lagi untuk kecewa!

Di jalan ke Emaus Yesus mengundang kita untuk membiarkan semua yang terjadi berlalu dan bangkit untuk melakukan perjalanan baru. Hanya satu murid yang disebutkan namanya yaitu Kleopas, sedangkan yang satu tidak disebutkan. Lukas ingin kita terlibat dalam pengalaman perjalanan ke Emaus itu dan membawa kita pada kesadaran bahwa kitalah murid yang tidak disebutkan namanya itu. Karena itu, perjalanan ke Emaus adalah perjalanan kita. Perjalanan itu adalah tentang aku, kita dan Tuhan.

Terimakasih Tuhan, karena bersama-Mu dalam jalan ke Emaus Kehidupanku, kutemukan kembali kekuatanku.

Salam Passion.

“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”

Page 2

Injil hari ini menyampaikan kepada kita kisah perjumpaan antara Yesus yang Bangkit dan rasul Thomas. Ada aspek pengalaman Thomas yang penting untuk diingat saat kita berusaha membawa harapan kepada orang lain di masa paskah ini.

Dalam Injil Yohanes, Yesus menampakkan diri kepada para rasul ketika pintu-pintu rumah terkunci. Yesus berkata, "Damai sejahtera bagi kamu." Ia menunjukkan kepada mereka luka-luka-Nya, dan mereka bersukacita karena mengenal Dia. Dia memberi kekuatan kepada mereka dan menghembusi mereka dengan Roh Kudus.

Tetapi seperti yang Yohanes kisahkan, salah seorang rasul tidak ada di sana: Thomas. Dan ketika yang lain mencoba untuk memberitahu Kabar Sukacita bahwa Yesus telah bangkit, dia tidak mempercayai mereka. Dia berkata hanya akan percaya jika dia bisa melihat langsung Yesus dan menyentuh-Nya.

Mengapa Thomas meragukan perkataan sahabat-sahabatNya? Dalam refleksi saya, hal itu mungkin terjadi karena Thomas begitu terluka dengan apa yang telah terjadi pada Yesus yang dia percaya sebagai Mesias dan karena dia mungkin telah mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak akan pernah percaya kepada orang seperti itu lagi sehingga dia tidak akan pernah terluka seperti itu lagi.

Dalam kehidupan sehari-hari kadang kita menahan diri untuk tidak mendekati seseorang, atau tidak mempercayai seseorang karena kita pernah terluka sebelumnya, dan kita tidak ingin disakiti lagi.

Yesus muncul lagi seminggu kemudian, dan pada saat itu Thomas hadir. Yesus menunjukkan luka-luka-Nya kepada Thomas, dan Thomas percaya serta berkata, "Ya Tuhanku dan Allahku!" Thomas disembuhkan.

Salah satu hal yang patut menjadi perhatian kita adalah di mana hal itu terjadi. Yesus bisa saja menampakkan diri kepada Thomas secara pribadi seperti yang Dia lakukan kepada Maria Magdalena. Tetapi Yesus melihat bahwa Thomas perlu disembuhkan pada saat dia bersama murid-murid yang lain. Yesus menampakkan diri kepada Thomas di tengah komunitas, di tengah masyarakat untuk menyembuhkan keraguan Thomas dan meneguhkan keyakinan murid-murid yang lain.

Inilah aspek penting yang saya sebutkan dalam kata pembuka refleksi ini bahwa di dalam konteks komunitas inilah Thomas mengalami Yesus yang telah bangkit.

Dalam bacaan pertama dari Kisah Para Rasul, Lukas menggambarkan komunitas Kristen awal sebagai satu kesatuan di mana mereka memiliki semua kesamaan, dan mereka menggabungkan sumber daya mereka untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam komunitas mereka. Lukas menyampaikan kepada kita bahwa "banyak keajaiban dan tanda dilakukan melalui para rasul" pada saat mereka bersatu sebagai satu komunitas.

Kita bisa merenungkan tentang "tanda dan keajaiban" apa yang mungkin terjadi jika semakin banyak kita berkumpul, semakin sering kita bersama, semakin erat kita bersaudara. Apa yang akan terjadi jika kita mendedikasikan diri untuk memastikan bahwa kebutuhan setiap orang akan terpenuhi? Sebuah tanda, keajaiban dan mukjizat besar akan terjadi, yakni “kesembuhan” kita dan komunitas kita.

Tentu dibutuhkan usaha untuk menumbuhkan masyarakat yang harmonis. Namun, jika kita dipanggil untuk membantu membawa harapan Paskah kepada orang lain, maka kita dipanggil untuk berusaha bersama, mewujudkan kekuatan yang Tuhan dapat berikan melalui komunitas kita. Dalam konteks inilah diri kita disembuhkan dan komunitas kita dipulihkan.

Akhirnya, bertepatan dengan hari Minggu Kerahiman Ilahi ini, semoga kita dapat bersama-sama membawa harapan akan kerahiman dan beskasih Kristus yang bangkit dan hidup di dalam keluarga, di dalam komunitas dan di dalam dunia tempat kita hidup; dan kita akan mendengar Yesus berkata kepada kita: “Berbahagialah kamu yang tidak melihat namun percaya!” “Berbahagialah kamu yang tidak hanya mendengarkan sabda-Ku tetapi juga tekun melaksanakannya!” “Berbahagialah kamu yang tidak hanya mengalami kasih-Ku, tetapi juga membagikan kasih itu kepada sesamamu!”

Selamat Paskah dan Salam Passion.

“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”

Page 3

Banyak dari kehidupan kita adalah rangkaian perubahan. Beberapa di antaranya dipaksakan pada kita, yang lain dipilih secara bebas. Kita memutuskan, misalnya, pindah ke kota atau ke pinggiran kota yang baru, mencari pekerjaan baru, mengganti mobil lama kita dengan model baru, melakukan diet, mendaftarkan anak-anak di sekolah yang berbeda, atau mendukung kegiatan amal tertentu. Ketika kita membuat keputusan seperti itu, kita biasanya berharap bahwa perubahan akan berhasil, dan bahwa hidup kita akan jauh lebih baik dan lebih bahagia. Tetapi hal-hal itu tidak selalu berjalan sesuai rencana. Kita mengenal sebuah pepatah bijak mengatakan seperti ini : 'Manusia berusaha tetapi Tuhan yang menentukan!' Terkadang, semua usaha kita untuk mengubah situasi menjadi lebih baik hanya membawa kegagalan dan frustrasi, kekecewaan dan penyesalan.

Inilah yang terjadi pada kedua murid dengan wajah sedih yang kita jumpai di dalam Injil hari ini. Dengan ketulusan hati mereka sebelumnya telah menanggapi undangan Yesus untuk menjadi teman dan rekan kerja. Mereka telah belajar dari-Nya banyak hal tentang arti hidup. Mereka telah membagikan karya-Nya tentang pengajaran dan penyembuhan. Mereka telah menikmati perlindungan-Nya dan melakukan banyak hal baik kepada orang lain. Bersama dengan pengaruh Yesus yang semakin luas, mereka telah dipenuhi dengan harapan akan dunia yang lebih baik - sebuah dunia yang mencintai keadilan, kedamaian, dan kegembiraan bagi semua orang.
Namun sekarang, semua itu tiba-tiba berakhir, karena dalam beberapa hari terakhir, Yesus, Pemimpin dan Guru terkasih mereka, telah ditangkap, diadili, dijatuhi hukuman, disiksa dan dibunuh. Saat ini mereka merasa bahwa tanpa kehadiran-Nya, inspirasi dan bimbingan-Nya, dukungan dan dorongan-Nya, mereka tidak dapat melanjutkan misi menciptakan dunia baru itu. Jadi, kekecewaan mereka pada kenyataannya adalah tentang nasib Yesus sehingga mereka benar-benar memutuskan untuk meninggalkan komunitas pengikut-Nya, Gereja. Inilah apa yang mereka lakukan saat kita menjumpai mereka dalam Injil hari ini. Perlahan tetapi pasti mereka berjalan menjauh dari itu semua. Perlahan tetapi pasti mereka menempatkan Yerusalem dan murid-murid lain semakin jauh di belakang mereka. Kita mendapati mereka malah menuju desa Emaus, kira-kira tujuh mil jauhnya, dengan harapan bisa memulai di sana babak baru kehidupan mereka.

Tetapi saat mereka berjalan dengan susah payah di sepanjang jalan, dengan mata sayu dan bahu mereka membungkuk, mereka tidak sanggup untuk berbicara banyak tentang semua hal yang telah terjadi. Dalam situasi harapan yang pupus dan mimpi yang hancur itu, tiba-tiba Yesus bergabung dengan mereka, meskipun pada awalnya mereka tidak mengenali-Nya. Kali ini Yesus kembali memasuki kehidupan mereka, tidak lagi sama seperti Yesus dari Nazaret, tetapi sebagai Tuhan Yang Bangkit dan berkuasa. Mereka menjawab setiap pertanyaan-Nya dengan sangat jelas dan lengkap berdasarkan fakta-fakta Kitab Suci dan apa yang telah terjadi pada Yesus. Mereka menambahkan bahwa mereka bahkan mendengar berita bahwa Dia hidup. Mereka mengetahui semuanya, namun mereka tidak tahu bagaimana cara menghubungkan semua yang telah terjadi pada Yesus dan apa yang dikatakan Kitab Suci. Mereka sangat membutuhkan Yesus untuk menjelaskan kepada mereka dari Kitab Suci bahwa Mesias akan mencapai kemenangan dan kemuliaan hanya melalui beratnya jalan penderitaan. Penjelasan Yesus itu sangat mengesankan dan mempengaruhi mereka sehingga kemudian kita temukan mereka berkata satu sama lain : 'Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan, dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?'

Sekarang matahari terbenam dan mereka sudah sampai di tempat tujuan. Yesus berpura-pura melanjutkan. Mereka sangat menikmati kebersamaan dengan-Nya selama perjalanan sehingga mereka meminta-Nya untuk tinggal bersama mereka. Dia dengan ramah menerima undangan mereka. Di meja makan, Dia yang adalah tamu mereka justru menjadi tuan rumah mereka. Dia mengambil roti, mengucapkan berkat, memecah-mecahkan roti itu, dan memberikannya kepada mereka. Sama seperti yang dia lakukan pada Perjamuan Terakhir! Pada saat itulah mereka mengenali-Nya.

Hati mereka tergerak oleh pertemuan dengan Yesus yang bangkit dari kematian, sehingga kemudian mereka membalikkan keputusan mereka sebelumnya. Mereka berbalik dan berjalan kembali untuk bergabung dengan murid-murid lain di Yerusalem. Mereka pulang ke Gereja yang baru mereka tinggalkan.

Apa yang kita semua butuhkan pada masa-masa sulit dan kecewa ini adalah iman yang lebih kuat, iman yang lebih kuat akan kehadiran Tuhan yang Bangkit ke dalam Gereja-Nya, dan yang terus bertindak melalui Roh-Nya, diri kedua-Nya yang kedua. Kita membutuhkan iman, harapan dan cinta yang yang lebih kuat, terutama saat kita berkumpul dalam Ekaristi untuk merayakan kehadiran-Nya di tengah-tengah kita. Tuhan yang Bangkit sekarang bersama kita di sini, sekarang ini, dengan cara yang sesuai dengan kehadiran-Nya kepada murid-murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus. Dia ada di sini di tengah kebersamaan kita. Dia ada di sini saat Ia menceritakan kisah-Nya dan kisah kita dalam bacaan dan homili. Dan sebentar lagi Ia akan berada di sini di antara kita, di dalam diri kita dalam santapan rohani roti dan anggur Ekaristi kita. Kita memandang-Nya, baik sebagai tuan rumah maupun makanan kita, untuk terus memberdayakan kita pada tahap selanjutnya dalam perjalanan hidup kita.

Akhirnya, 'Tinggallah bersama kami,' harus menjadi doa kita kepada-Nya secara terus-menerus. Semoga kita menyambut-Nya di antara kita, kemudian, dengan kepercayaan dan cinta, dan dengan pikiran, hati, dan kehidupan kita, terbuka terhadap cinta-Nya yang kuat! Semoga kita memeluk-Nya saat Ia mendatangi kita dengan kekuatan besar-Nya dan lengan penuh kasih sayang yang terentang!

Salam Passion.

“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA