Apa itu doping dalam sepak bola

Foto Source: lawinsportDoping adalah konsumsi obat-obatan dan zat terlarang yang ditujukan untuk meningkatkan performa dalam berolahraga. Dalam sepakbola, seorang pemain yang melakukan doping memungkinkan dirinya memiliki stamina yang lebih baik dan kecepatan lari yang melebih batas. Beberapa badan olahraga internasional seperti Komite Olimpiade Internasional (OIC) telah sepakat bahwa doping dilarang, baik disengaja maupun tidak.

Penggunaan doping terlarang bagi pemain sepakbola maupun atlet olahraga lainnya karena secara medis hal tersebut membahayakan sang atlet. Doping mungkin memiliki efek jangka pendek meningkatkan performa sang atlet, akan tetapi dalam jangka panjang doping tersebut dapat merusak bukan mental, seperti dapat menyebabkan kecemasan, halusinasi, hingga psikosis.

Penggunaan doping memang sangat menggoda bagi setiap atlet, terutama pemain sepakbola. Hal itu dikarenakan setiap pemain bola mendapatkan tekanan besar untuk tampil dalam performa terbaik. Situasi ini membuat setiap pemain, apalagi pemain muda, rentan untuk terjebak menggunakan doping. Pemain yang sedang mengalami cedera juga biasa merupakan pemain yang rentan untuk melakukan doping, dengan harapan bahwa hal itu akan mempercepat proses penyembuhannya dan mengembalikan performanya secara instan.

Setiap badan organisasi olahraga internasional telah bersepakat bahwa doping adalah hal yang terlarang. Tujuannya selain dari pada menjaga agar hal tersebut tidak merusak tubuh sang atlet adalah agar memberikan kesetaraan bagi setiap atlet. Selain itu, tujuannya adalah untuk menjaga agar olahraga bisa mempertahankan citra yang bebas dari obat-obatan dan zat terlarang. Oleh karena, bagi setiap atlet olahraga yang terbukti melakukan doping hal itu dianggap sebagai tindakan yang tidak etis.

Dvorak dan kawan-kawan dalam artikelnya di British Journal of Sports Medicine berpendapat bahwa FIFA melakukan strategi anti-doping dengan pendekatan pendidikan dan pencegahan. Oleh karena itu, FIFA menjamin bahwa seluruh dokter yang terafiliasi dengan FIFA memiliki prosedur kontrol doping yang sama di semua tempat. Menurut mereka, peran FIFA ini menunjukkan keseriusan FIFA dalam ‘memerangi’ doping dalam sepakbola. Meskipun kuantitas penggunaan doping sebenarnya cukup rendah, tetapi upaya FIFA menunjukkan bahwa tidak ada toleransi sama sekali terhadap doping. Dalam catatan antara tahun 1994-2005 misalnya hanya terdapat 0,37% temuan dari 20 ribuan sampel.

Untuk menjaga agar sepakbola bebas dari doping, terdapat organisasi bernama WADA (World Anti Doping Association). Organisasi ini melakukan pengecekan secara berkala dan acak bagi pemain-pemain yang bertanding dalam kompetisi internasional. Organisasi ini misalnya melakukan pengecekan pada tim-tim nasional yang bertanding di Piala Dunia tahun 2010 silam. Tidak main-main, apabila pemain ditemukan melakukan doping, sanksi skorsing hingga empat tahun bisa dikenakan.

Pada perhelatan Piala Dunia 2014, FIFA lebih serius lagi. Pengecekan dilakukan terhadap seluruh pemain tiap negara yang berpartisipasi. Biasanya pengecekan dilakukan dengan mengambil sampel urin dan darah sang pemain. Dalam kesempatan itu, FIFA mengenalkan istilah paspor biologis. FIFA menetapkan aturan yang cukup ketat bagi para pemain sepakbola profesional, bahwa tes doping dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, meskipun bukan dalam sebuah pertandingan. Apabila sang pemain menolak untuk melakukan kontrol dan tes doping, pemain dapat dijatuhi hukuman larangan bertanding. Hal ini pernah dialami mantan bek Manchester United, Rio Ferdinand.

Penggunaan doping yang cukup terkenal juga pernah dilakukan oleh legenda Argentina, Diego Armando Maradona. Ia positif dinilai doping pada saat Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Ia hanya sempat bermain dua kali pada kompetisi tersebut, termasuk ketika ia mencetak gol ke gawan Yunani. Maradona positif mengonsumsi lima zat efedrin, yang dilarang oleh FIFA. Ia sempat berkilah bahwa zat tersebut adalah pemberian pelatih pribadinya. Tetapi setelahnya, Maradona mesti berjuang untuk dapat bebas dari ketergantungan obat-obatan.

Mantan pemain Middlesbrough Abel Xavier juga positif mengonsumsi steroid anabolik yang dilarang pada saat bermain di ajang Piala UEFA tahun 2015. Akibat hal tersebut ia kemudian diskorsing tak bisa bermain selama 18 bulan. Demikian pula mantan striker Chelsea Adrian Mutu yang positif mengonsumsi kokain sehingga ia gagal tampil di Liga Inggris musim 2003-2004. Chelsea kemudian memutus kontrak pemain asal Rumania tersebut.

Apa itu doping sepakbola?

Lantas apa itu doping yang dimaksudkan? Dilansir dari laman BBC, doping merupakan zat terlarang yang dikonsumsi atlet untuk meningkatkan performa mereka. Ada lima kelas obat terlarang, yang paling umum adalah stimulan dan hormon.

Apa yang dimaksud dengan doping?

Doping ialah penggunaan zat terlarang dalam olahraga buat mempertinggi performa atau penampilan seseorang atlet pada kompetisi olahraga.

Apakah doping itu haram?

Dikutip MuslimTerkini.com dari BincangSyariah.com, mengkonsumsi doping pada dasarnya halal jika terbuat dari zat yang suci dan tidak membahayakan bagi badan maupun akal. Namun, jika dalam pengonsumsian doping itu menimbulkan penipuan-penipuan maka hukumnya berubah menjadi haram.

Apa manfaat dari setiap doping?

Dilansir dari Halodoc.com, doping dapat meningkatkan kemampuan tubuh seseorang dengan cara mendapatkan bantuan substansi dari luar lho. Bantuannya bisa melalui jenis oral, suntikan, infus, atau per-rektal (diberikan lewat lubang anus). Doping sendiri juga bisa digunakan untuk pemulihan pasca-cedera.