Apa bedanya hipertensi sama darah tinggi?

Lihat Foto

thinkstockphotos

Ilustrasi hipertensi.

KOMPAS.com – Tekanan darah tinggi adalah kondisi yang tak boleh dibiarkan begitu saja.

Jika tidak ditangani dengan tepat, darah tinggi atau hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti penyakit jantung dan stroke yang bisa mengancam jiwa.

Keadaan yang disebut hipertensi dalah ketika pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg.

Baca juga: 9 Penyebab Darah Tinggi yang Harus Diwaspadai

Sayangnya, kesalahpahaman tentang darah tinggi dapat pula menyebabkan keterlambatan dalam penanganan hipertensi.

Berikut ini beberapa contoh kesalahpahaman darah tinggi yang perlu diluruskan:

1. Menyamakan kurang darah dan darah rendah

Masyarakat awam kiranya sering kali beranggapan kadar hemoglobin rendah, yakni <13 gr/dl untuk pria dan <12 gr/dl untuk wanita menunjukkan adanya hipotensi (tekanan darah rendah).

Padahal, hemoglobin berbeda dengan tekanan darah atau tensi.

Hb rendah sebagai tanda anemia timbul karena jumlah sel darah merah yang membawa oksigen kurang dari normal.

Jika dikaitkan dengan hemoglobin, tekanan darah tinggi adalah kompensasi dari rendahnya hemoglobin.

Apa itu hipertensi?

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah yang cukup tinggi di dalam arteri. Tekanan darah tinggi ditulis menjadi dua angka, tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah angka yang diperoleh saat jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolik adalah angka yang diperoleh pada saat jantung berelaksasi.

Sebagai contoh, angka 120/80 mmHg (seratus dua puluh per delapan puluh) terdiri dari 120 mmHg tekanan sistolik dan 80 mmHg adalah tekanan diastolik. Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah tinggi jika pada posisi duduk tekanan sistoliknya mencapai 140 mmHg atau lebih, juga jika tekanan diastoliknya mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Berikut adalah klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa:

  • Normal: sistolik di bawah 120 mmHg / diastolik di bawah 80 mmHg
  • Prehipertensi: sistolik 120-139 mmHg / diastolik 80-89 mmHg
  • Hipertensi stadium 1: sistolik 140-159 mmHg /diastolik 90-99 mmHg
  • Hipertensi stadium 2: sistolik 160 mmHg ke atas / diastolik 100 mmHg ke atas
  • Krisis hipertensi (perlu penanganan segera): sistolik 180 mmHg ke atas / diastolik 110 mmHg ke atas

Penyebab hipertensi

Terdapat dua macam hipertensi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Keduanya memiliki penyebab yang berbeda-beda.

Beberapa faktor yang diduga bisa menyebabkan hipertensi primer diantaranya: mutasi gen atau kelainan genetik yang diwariskan oleh keluarga, perubahan fisik dan fungsi tubuh seiring bertambahnya usia, serta faktor lingkungan serta gaya hidup yang tak sehat.

Hipertensi sekunder bisa terjadi secara cepat dan menimbulkan efek yang lebih parah daripada hipertensi primer. Penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal, kecanduan alkohol, sleep apnea, tumor endokrin tertentu, dan efek samping obat.

Gejala hipertensi

Seringnya, hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak menimbulkan gejala, sehingga hipertensi dikenal juga sebagai silent killer, karena dapat menyebabkan kematian mendadak. Namun, orang yang memiliki tekanan darah yang sangat tinggi bisa merasakan beberapa gejala berikut:

  • Sakit kepala
  • Nyeri dada dan sulit bernapas
  • Denyut jantung tidak teratur
  • Sering merasa kelelahan atau kebingungan
  • Sering merasa berdebar di area dada, leher, atau telinga

Komplikasi akibat hipertensi

Hipertensi jangka panjang bisa menyebabkan komplikasi melalui aterosklerosis di mana plak berkembang di dinding pembuluh darah dan berakibat pada penyempitan pembuluh darah. Saat menyempit, jantung harus memompa lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh sehingga bisa menyebabkan serangan jantung. Selain itu, hipertensi juga disebut sebagai penyebab stroke, gagal ginjal, dam masalah mata. Banyak pasien yang tidak mengonsumsi obat secara teratur karena takut efek samping obat atau minum obat teratur namun tekanan darahnya tidak terkontrol baik. Target tekanan darah berbeda sesuai dengan usia dan penyakit penyerta sehingga sangat baik bila dibicarakan dengan dokter berapa target tekanan darah yang baik per individu pasien.

Cara mencegah dan mengobati hipertensi

Untuk pengobatan pasien dengan tekanan darah tinggi, pasien diharuskan mengonsumsi obat penurun tekanan darah sesuai dengan anjuran dokter secara rutin karena hipertensi primer tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dikontrol dengan obat dan bila dihentikan akan terjadi kenaikan tekanan darah kembali dalam hitungan hari sampai bulan. Sebagai pencegahan dini penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi, mulailah menerapkan pola hidup sehat, seperti:

  • Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang
  • Olahraga dan istirahat yang cukup
  • Menjaga berat badan
  • Menghentikan kebiasaan merokok
  • Mengurangi konsumsi minuman yang mengandung kafein
  • Mengurangi konsumsi garam
  • Mengelola stres

Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi sering tak disadari oleh penderita. Itulah mengapa melakukan pemeriksaan tekanan darah ke dokter amat penting dilakukan sebagai tindakan preventif. Orang dewasa diatas 40 tahun disarankan untuk memeriksa tekanan darah setiap tahun sekali karena tekanan darah bisa saja berubah dari waktu ke waktu dan sebaiknya dilakukan di pagi hari setelah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur untuk memastikan tekanan darah baik sepanjang hari. #LiveExcellently

Artikel ini di- review oleh dr. Mirna Nurasri Praptini, Sp.PD (Spesialis Penyakit Dalam RS EMC Tangerang), Anggota Perhimpunan Nefrologi Indonesia, Anggota International Society of Nephrology, Fellow Nephrology.

Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan. Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga kematian.

Istilah tekanan darah sendiri bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama. Besarnya tekanan yang terjadi bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa intens jantung untuk bekerja.

Seseorang dapat mengalami tekanan darah tinggi apabila semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan akibat sempitnya pembuluh darah pada arteri. Hipertensi dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah. Hal ini direkomendasikan untuk dilakukan setiap tahun oleh semua orang dewasa.

Pembacaan tekanan darah dilakukan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Hasil pemeriksaan akan terbagi menjadi dua nomor, yaitu:

  • Angka pertama atau sistolik mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. 
  • Angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detaknya.

Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi jika angka tekanan darah sistolik dari pengukuran selama dua kali berturut-turut memperlihatkan hasil yang lebih besar dari 140 mmHg, dan/atau angka tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih besar dari 90 mmHg.

Penyebab Hipertensi

Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Berikut penjelasan tentang penyebab hipertensi ini:

1. Hipertensi Primer

Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak dapat diidentifikasi. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun yang akhirnya semakin parah jika tidak dilakukan penanganan.

2. Hipertensi Sekunder

Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena alami kondisi kesehatan yang mendasarinya. Hipertensi jenis ini cenderung terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan hipertensi primer.

Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:

  • Obstruktif sleep apnea (OSA).
  • Masalah ginjal.
  • Tumor kelenjar adrenal.
  • Masalah tiroid.
  • Cacat bawaan di pembuluh darah.
  • Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas. 
  • Obat-obatan terlarang.

Faktor Risiko Hipertensi

Memang faktor risiko untuk alami hipertensi berbanding lurus dengan usia. Seseorang yang memiliki usia lebih tua memiliki kemungkinan lebih besar untuk alami hipertensi. Beberapa faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi adalah:

  • Memiliki usia di atas 65 tahun.
  • Sering mengonsumsi makanan tinggi garam berlebihan.
  • Alami kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama.
  • Kurang mengonsumsi buah dan sayuran.
  • Tidak aktif secara fisik atau jarang berolahraga.
  • Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung kafein.
  • Memiliki kebiasaan merokok.
  • Banyak mengonsumsi minuman beralkohol.
  • Stres. Tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara.
  • Alami kondisi kronis tertentu, seperti penyakit ginjal, diabetes, atau sleep apnea.

Perlu dipahami juga terkadang kehamilan juga dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Selain itu, gangguan ini juga dapat terjadi pada anak-anak yang biasanya disebabkan masalah pada ginjal atau jantung. Pengaruh gaya hidup yang buruk juga semakin memperparah masalah ini.

Meski demikian, kamu dapat menurunkan atau bahkan mencegah risiko terjadinya hipertensi dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan mengatur pola makan secara rutin. Pastikan untuk memenuhi asupan gizi pada tubuh agar tetap sehat, konsumsi air putih setiap hari, dan berolahraga secara teratur.

Gejala Hipertensi

Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain:

  • Sakit kepala;
  • Mimisan;
  • Masalah penglihatan;
  • Nyeri dada;
  • Telinga berdengung;
  • Sesak napas; dan
  • Aritmia.

Untuk hipertensi yang berat gejalanya bisa berupa: 

  • Kelelahan;
  • Mual dan/atau muntah;
  • Kebingungan;
  • Merasa cemas;
  • Nyeri pada dada;
  • Tremor otot; dan
  • Adanya darah dalam urine.

Diagnosis Hipertensi

Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dokter atau tenaga ahli biasanya akan memakaikan manset lengan tiup di sekitar lengan dan mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan. 

Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:

  • Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg.
  • Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu ke waktu.
  • Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140–159 mmHg, atau tekanan diastolik berkisar 90–99 mm Hg.
  • Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih tinggi.
  • Krisis hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah lebih tinggi dari 180/120 mmHg. Kondisi ini termasuk situasi darurat yang memerlukan perawatan medis segera. Jika kamu mendapatkan hasil ini saat mengukur tekanan darah di rumah, tunggu lima menit dan tes ulang. Jika alami gejala hipertensi, ada baiknya segera mendapatkan pemeriksaan di rumah sakit.

Pengobatan Hipertensi

Sebagian pengidap hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidup guna mengatur tekanan darah. Namun, jika tekanan darah sudah terkendali melalui perubahan gaya hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat dihentikan. Perhatikan selalu dosis obat yang diberikan dan efek samping yang mungkin terjadi.

Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:

  • Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Pasalnya, hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh.
  • Obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa menurun. Perlu diketahui bahwa hipertensi membuat pengidapnya rentan mengalami sumbatan pada pembuluh darah. 
  • Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh darah.
  • Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh darah lebih rileks. 
  • Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi menaikkan tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali. 

Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui terapi relaksasi, misalnya terapi meditasi atau olahraga olah tubuh seperti yoga. Namun, pengobatan hipertensi tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya hidup. Contohnya seperti menjalani pola makan dan hidup sehat, serta olahraga teratur.

Pencegahan Hipertensi

Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:

  • Mengonsumsi makanan sehat, seperti buah dan sayuran.
  • Batasi asupan garam (menjadi kurang dari 5g setiap hari). 
  • Kurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
  • Berhenti merokok.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Menjaga berat badan.
  • Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
  • Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh.
  • Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam diet.

Kapan Harus ke Dokter?

Setiap orang dewasa disarankan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap tahunnya. Dokter juga kemungkinan akan merekomendasikan pengukuran tekanan darah jika telah didiagnosis hipertensi atau memiliki faktor risiko dari penyakit ini. Anak-anak juga dapat diukur tekanan darahnya sebagai bagian dari pemeriksaan tahunan.

Segera hubungi dokter apabila merasakan gejala-gejala di atas. Penanganan yang tepat dapat meminimalisir terjadinya dampak negatif sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan. Kamu bisa melakukan pemeriksaan hipertensi di beberapa rumah sakit rekanan Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc.

Referensi: Harvard Health. Diakses pada 2022. High Blood pressure (Hypertension). World Health Organization (WHO). Diakses pada 2022. Hypertension. Mayo Clinic. Diakses pada 2022. High blood pressure (hypertension) NHS. Diakses pada 2022. High blood pressure (hypertension). Diperbarui pada 10 Mei 2022.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA