Apa alat yang digunakan untuk membuat bentuk lonjong pada tanah liat

Gerabah Tua Buton. ©2021 Merdeka.com/Bobi Nardi

JATIM | 21 Juli 2021 15:35 Reporter : Edelweis Lararenjana

Merdeka.com - Gerabah merupakan perkakas yang terbuat dari tanah liat atau lempung yang dibentuk kemudian di bakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia, biasanya berbentuk wadah.

Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995), kata keramik berasal dari bahasa Yunani“keramikos”, yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.

Keramikos terbuat dari mineral non metal, yaitu tanah liat yang di bentuk, kemudian secara permanen menjadi jelas setelah melalui proses pembakaran pada suhu tinggi. Menurut para ahli, gerabah merupakan kebudayaan yang universal (menyeluruh), artinya gerabah ditemukan di mana-mana, hampir di seluruh dunia.

Perkembangannya bahkan juga penemuannya muncul secara individual di tiap daerah tanpa harus selalu mempengaruhi. Terdapat kemungkinan bahwa masing-masing bangsa menemukan sendiri sistem pembuatan gerabah tanpa adanya unsur peniruan dari bangsa lain.

Berikut adalah ulasan selengkapnya mengenai fungsi gerabah beserta proses pembuatannya yang menarik untuk dipelajari.

2 dari 4 halaman

Kamus dan Ensiklopedi mendefinisikan gerabah sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti, genteng, porselin, dan sebagainya. Gerabah telah dikenal sejak zaman prasejarah, dan biasanya digunakan sebagai alat rumah tangga.

Dalam ilmu purbakala (arkeologi), istilah lain gerabah/ keramik tradisional ini adalah kereweng, pottry, terracotta dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah.

Barang-barang tanah bakar yang ditemukan di luar sarkopagus (peti mati dari batu) berupa jembung, piring-piring kecil, periuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil dan sebaginya.

Mengutip buku Sejarah Nasional Indonesia II Zaman Kuno oleh Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, gerabah atau tembikar di Indonesia sudah ada sejak zaman Neolitikum yang ditemukan dibeberapa tempat di Indonesia.

Sisa-sisa gerabah dari sejak bercocok tanam telah ditemukan di Banyuwangi (Jawa Timur), Kelapa Dua Bogor (Jawa Barat), Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi), dan disekitar danau Bandung (Jawa Barat).

Teknik pembuatan gerabah dari masa tersebut masih sangat sederhana, yaitu dengan teknik tangan dan pembakaran tradisional. Pembakaran tradisional adalah pembakaran secara terbuka, dalam lubang dangkal beralas tanah liat dengan api rerumputan menyala. Teknik pembuatan gerabah seperti itu masih digunakan sampai sekarang oleh sebagian perajin keramik di Indonesia. 

Untuk mendapatkan gerabah yang menarik, maka salah satu yang dilakukan oleh pembuat gerabah adalah dengan memberikan motif hias pada gerabah. Pada gerabah yang digunakan untuk rumah tangga biasanya bermorif sederhana atau polos, sedangkan gerabah-gerabah untuk kepentingan lain tentunya memerlukan motif yang lebih baik.

3 dari 4 halaman

Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produksi barang kerajinan gerabah adalah tanah liat. Bahan penolong atau perlengkapan produksi terdiri dari pasir, kayu bakar, simir, kiolin, semen warna, minyak tanah dan cat.

Sedangkan peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah unit pengelolaan bahan baku, tungku pembakaran, alat putar, pompa air, kuas dan pisau gores. Berikut ini penjelasan mengenai proses pembuatan gerabah secara umum:

1. Persiapan Tanah Liat

Bahan baku tanah liat biasanya di ambil dari pegunungan. Menurut pengrajin gerabah, tanah liat terbaik adalah tanah liat yang berasal dari lapisan dalam tanah yang terletak pinggir bukit-bukit kecil. 

Warna tanah liat merupakan salah satu dasar dalam mengklasifikasikan jenis gerabah yang dihasilkan. Warna dasar tanah liat akan menghasilkan warna yang berbeda pada gerabah ketika melalui tahap pembakaran

2. Proses Pembentukan Gerabah

Sebelum melakukan proses pengadukan bahan dasar, yang terdiri dari tanah liat, pasir, dan air. Tanah liat terlebih dahulu mengalami proses perendaman selama 2-3 hari. Proses perendaman itu disebut sebagai sistem basah.

Proses ini berguna untuk menyaring tanah liat dari kerikil-kerikil kecil yang masih menempel pada tanah liat. Sementara menunggu rendaman tanah liat selesai, pasir disaring utuk mengasilkan pasir yang benar-benar halus.

Setelah proses perendaman selesai dan pasir telah disaring, kedua bahan tersebut dicampurkan hingga menghasilkan bahan dasar gerabah yang mudah di bentuk sesuai dengan desain yang diinginkan.

Gerabah biasanya di bentuk dengan tangan dan permukaannya dihaluskan menggunakan sepotong bambu atau kayu dan sebilah sabit bekas hingga pori-pori permukaan gerabah benar-benar halus. Setelah di gosok, gerabah lalu dibiarkan kering selama 5-7 hari sampai benar-benar kering dan siap untuk pembakaran.

3. Pembakaran Gerabah

Secara teknis, proses pembakaran gerabah baru akan dapat dilakukan jika gerabah dalam kondisi benar-benar kering. Proses pembakaran membutuhkan bahan-bahan seperti kayu bakar, serabut kulit kelapa, jerami, daun bambu kering, minyak tanah dan batu bata yang sudah pecah sebagai alas untuk meletakkan gerabah.

Teknik pembakaran seperti ini memiliki keuntungan diantaranya adalah kemudahkan dalam mengeluarkan gerabah dari tungku serta keleluasan gerabah dalam mewarnai atau menambah hiasan/ ornamen pada gerabah saat pembakaran sedang berlangsung.

Proses pembakaran gerabah biasanya berlangsung sekitar 3-4 jam. Sambil proses permbakaran berlangsung, proses pewarnaan juga dilakukan oleh pengrajin.

4. Finishing

Setelah melalui proses pembakaran, gerabah pun masuk pada tahap penyelesaian (finishing). Tahap ini merupakan tahap penting untuk mengubah tampilan gerabah yang masih polos dan kasar menjadi gerabah yang menarik dan bernilai seni tinggi. Oleh karena itu, biasanya para pengrajin secara kreatif melakukan inovasi-inovasi dalam ornamen-ornamen gerabah.

Teknik dekorasi dengan menempelkan tanah liat pada permukaan gerabah merupakan salah satu teknik lama yang masih digunakan oleh pengrajin gerabah. Adapun beberapa teknik ornamen adalah ornamen ukir kerik, ornamen tempel kulit telur, ornamen tempel pasir, ornamen anyaman rotan, dan ornamen tempel kain/ batik.

4 dari 4 halaman

Gerabah adalah kerajinan yang telah diproduksi secara turun temurun selama beberapa periode. Jika ditelaah, fungsi gerabah yang paling penting, baik di masa sekarang maupun di masa lalu, adalah penggunaannya sebagai wadah, terutama untuk penyimpanan, persiapan, pergerakan dan penyajian makanan.

Berikut ini adalah beberapa fungsi gerabah dalam kehidupan sehari-hari, terutama fungsi gerabah dalam kebudayaan Indonesia, yang perlu Anda ketahui:

  • Fungsi gerabah sebagai alat untuk upacara keagamaan.

Gerabah, biasanya yang berbentuk cawan atau kendi, digunakan sebagai sarana-sarana upacara seperti misalnya sebagai sarana meletakan air suci, dan lain sebagainya.

  • Fungsi gerabah sebagai alat rumah tangga.

Dalam fungsinya sebagai alat-alat rumah tangga, gerabah antara lain digunakan sebagai alat memasak ataupun wadah-wadah seperti kendi untuk menampung air, mangkuk untuk wadah makanan, gelas untuk wadah minuman, tungku untuk memasak, dan sebagainya.

  • Fungsi gerabah sebagai perhiasan dan penanda status.

Pada masa Jawa Kuno, gerabah keramik digunakan sebagai penanda status. Pada masa itu, keramik-keramik asing adalah barang mewah yang hanya bisa dimiliki kaum-kaum bangsawan tertentu seperti raja.

Indikasi dari hal ini antara lain terlihat dari penggambaran guci Cina pada arca-arca dari masa Singasari dan Majapahit. Beberapa artefak lain yang juga menunjukan status ekonomi adalah celengan pada masa Majapahit yang menunjukan kemapanan ekonomi.

(mdk/edl)

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat gerabah adalah tanah liat. Sebelum dibuat gerabah, tanah liat tersebut diproses terlebih dahulu dalam beberapa tahapan. Selain itu, ada juga bahan tambahan lain, yaitu kaolin. Tanah liat yang sudah siap kemudian dibentuk dengan tangan langsung atau menggunakan alat putar. Bentuk gerabah yang akan dibuat disesuaikan dengan fungsi benda tersebut saat digunakan. Ada gerabah yang digunakan untuk alat memasak seperti periuk dan belanga, ada yang digunakan untuk menyimpan air atau beras seperti tempayan, ada yang digunakan untuk menyimpan air minum seperti kendi, dan ada yang digunakan untuk hiasan seperti guci dan vas bunga.

Dalam membuat benda yang terbuat dari bahan tanah liat diperlukan teknik-teknik tertentu agar dalam prosesnya mudah dan efektif. Adapun teknik-teknik yang biasanya digunakan oleh pembuat gerabah atau keramik antara lain teknik lempeng, teknik p?at, teknik pilin, teknik putar, teknik cetak tekan, dan teknik tuang.

1.  Teknik Lempeng (Slabing)

Teknik lempeng (slabing) merupakan teknik yang digunakan untuk membuat benda gerabah berbentuk kubistis dengan permukaan rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan lempengan tanah liat dengan menggunakan rol kayu penggilas.

Setelah menjadi lempengan dengan ketebalan yang sama, Anda dapat memotong dengan pisau atau kawat sesuai dengan ukuran yang Anda inginkan. Selanjutnya, Anda
dapat membuat menjadi bentuk kubus atau persegi. Kemudian, tahap akhir diberi hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah kering.

2.  Teknik P?at (Pinching)

Teknik p?at (pinching) merupakan teknik membuat keramik dengan cara mem?at tanah liat langsung menggunakan tangan. Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat lebih padat dan tidak mudah mengelupas sehingga hasilnya akan tahan lama. Proses p?at dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a.  Ambil segumpal tanah liat plastis.

b.  Tanah liat tersebut diulet-ulet dan dip?itp?it dengan ibu jari sambil dibentuk sesuai dengan bentuk benda yang kamu inginkan.

c.  Haluskan menggunakan kuas atau kain halus.

3.  Teknik Pilin (Coiling)

Teknik pilin (coiling) adalah cara membentuk tanah liat dengan bentuk dasar tanah liat yang dipilin atau dibentuk seperti tali. Cara melakukan teknik ini adalah segumpal tanah liat dibentuk pilinan dengan kedua telapak tangan. Ukuran tiap pilinan disesuaikan dengan ukuran yang Anda inginkan. Panjangnya pilinan juga disesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian, pilinan tanah liat tersebut Anda susun secara melingkar sehingga menjadi bentuk yang Anda inginkan. Jangan lupa tiap susunan ditekan dan tambahkan air agar menempel.

4.  Teknik Putar (Throwing)

Untuk membuat gerabah dengan teknik putar (throwing), Anda memerlukan alat bantu berupa subang pelarik atau alat putar elektrik.

Cara melakukan teknik ini adalah dengan mengambil segumpal tanah liat
yang plastis dan lumat. Setelah itu, taruhlah tanah liat di atas meja putar tepat di tengah- tengahnya. Lalu, tekan tanah liat dengan kedua tangan sambil diputar. Bentuk tanah liat sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Teknik putar umumnya menghasilkan benda berbentuk bulat atau silindris.

5.  Teknik Cetak Tekan (Press)

Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang bentuknya disesuaikan dengan cetakan. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan waktu yang cepat.

6.  Teknik Cor atau Tuang

Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan menggunakan acuan alat cetak. Tanah liat yang digunakan untuk teknik ini adalah tanah liat cair. Cetakan ini biasanya terbuat dari gips. Bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih cepat sehingga tanah liat menjadi cepat kering.

Sumber

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA